Harapan ummat (pasti) datang ...

بسم الله الرحمن الرحيم







Awalnya .... }



ketika prinsip ini (harus) ditarjamahkan kedalam kehidupan ...

Ketika iman ini menuntut pengorbanan nyawa ...

Ketika kepahlawan menjadi kebiasaan sehari-hari ...

Ketika itulah perkataan (terlontar) karena puncak keteguhan ...

Karena adanya para pahlawan di zaman sedikitnya pengorbanan ...


Karena adanya orang-orang asing (yang menempuh) jalan kemenanangan ...

Mereka mendapatkan angin surga di dalam gumpalan bubuk mesiu ...

Mereka merasakan indahnya mengorbankan hidup dan nyawa di jalan Alloh ...

Semoga Alloh menerima mereka... Dan semoga Alloh mengekalkan naungan Dawlah Islam





{ ..... Akhirnya







Wahai para mujahidiin,


Janganlah kalian hentikan sungai yang kalian alirkan dengan darah kalian

jangan pula kalian hancurkan slogan yang kalian tinggikan dengan syahdah kalian



Syaykh Abu 'Umar al-Baghdadiy rohimahulloh






telunjuk yang bersyahadat tak akan menyembah setan dalam sekejab!

PENYESALAN AHLI NERAKA KARENA MASALAH KETAATAN

Kitab Suci Al-Qur’an seringkali menggambarkan berbagai bentuk penyesalan para penghuni Neraka. Salah satu di antara bentuk penyesalan itu berkaitan dengan urusan ”ketaatan”. Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah mengalami penyiksaan yang begitu menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia tidak mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan atasan mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya bisa mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah dua kali lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan demikian. Na’udzubillahi min dzaalika..!

”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS. Al-Ahzab:66-68)

Gambaran di atas merupakan suatu gambaran yang sungguh mengenaskan. Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut. Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang benar. Mereka terlambat menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu tidak pernah benar-benar mengajak dan mengarahkan mereka ke jalan yang mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.

Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta ”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan memutuskan segenap perkara.

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa:59)

Benar, Islam sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada pemimpin, namun pemimpin yang seperti apa? Apakah patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan AlQur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan manusia, bikinan para legislator, daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan Allah dan RasulNya. Pantaslah bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan memohon kepada Allah agar para ulil amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk...!

Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan. Para pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun. Baik pemimpin maupun rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam derita Neraka.

”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS. Ibrahim:21)

Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini adalah kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas diri dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan kembal ke dunia sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.

”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (QS. Al-Baqarah:165-167)

KUTIPAN DARI SHALAHUDDIN AYYUBI

“Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung Maha Tinggi, tempat kita menunjukkan segala puji dan syukur kepada-Nya, yang telah melimpahkan bimbingan dan ketenangan hati serta meredakan segala apa yang telah menganiaya dan menghancurkan jiwa dan raga hamba-Nya.”

Dimana saat ini kehormatan Ummat Islam????

Dimana letak kebanggaan kita sebagai Ummat Muslim???

Dimana gelora semangat kita sebagai orang-orang yang beriman???

Selama ini tidak henti-hentinya kita mengagumi orang kafir atas apa yang mereka yakini...Atas apa yang telah mereka perbuat...Sungguh sangat tidak pantas kita melakukan hal itu...Disinilah letak kelemahan kita sebagai orang beriman yang meyakini Allah SWT sebagai Robb Semesta Alam...

Ternyata kita sendirilah yang tidak memiliki Semangat...

Tidak satupun Ummat Muslim yang merespon dan memenuhi panggilan Jihad...

Tidak satupun yang berusaha meluruskan kesalahan yang telah terjadi...

Mereka hanya diam terpaku menyaksikan sirnanya kejujuran dan sikap keterusterangan...


Persatuan apa yang telah berhasil dicapai oleh Ummat Islam???

Tujuan apa yang mereka kejar???

Pertolongan apa yang telah mereka berikan kepada saudara-saudara mereka???

Berapa banyak uang yang telah mereka pinjam dan mereka habiskan???

Kekayaan apa yang berhasil mereka kumpulkan???

Dan berapa banyak yang telah mereka bagi-bagikan untuk menolong sesama mereka???

Ditanah mereka tidak ada lagi seorang pemimpinpun...Tidak ada lagi seorang dermawanpun...Yang saling berlomba-lomba memberikan dukungan...Yang saling berlomba-lomba diantara sesamanya sendiri membangun kekuatan dan pertahanan yang kuat...

Jika dihadapkan pada keadaan dimana mereka diminta untuk mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan agamanya, maka mereka akan mengelak dan berbalik mundur.........

Sebaliknya mereka terus membiarkan saudara-saudaranya orang kafir bertindak sekehendak hati, secara langsung maupun tidak langsung mereka terus membantu saudara-saudaranya orang kafir membuat dan menimbun senjata...Mereka membiarkan saudara-saudaranya orang kafir mempergagah diri maju ke depan dan menjadi pemenang perang........


Seluruh apa yang mereka perbuat dan sikap dermawan yang mereka tunjukkan sama sekali bukan ditujukan untuk membela dan mempertahankan agamanya...

Sebaliknya, ummat islam selalu terus menerus dilemahkan, dan dibiarkan mengalami degradasi moral...

Akibatnya ummat islam menjadi ummat yang lalai dan pemalas...

Mereka jatuh terlena pada keadaan sekeliling dan tidak memiliki gairah serta semangat untuk menegakkan kehormatan agamanya...

Jika-walaupun hal ini sungguh sangat dilarang Allah SWT, islam menarik diri dari pusat kekuasaan, islam melunturkan kejayaan dirinya, islam menumpulkan pedangnya, maka tidak satupun ummatnya, dari barat maupun timur, jauh maupun dekat, yang bersedia tampil maju ke depan mengorbankan semangat untuk menegakkan agama Allah...

Tidak satupun yang memilih untuk berpihak kepada kebenaran menghadapi kesombongan dan kepalsuan...



Kini saatnya bagi kita untuk bangkit...

Telah tiba saatnya bagi kita bersama membuang selimut kemalasan...


Saatnya memanggil dan mengumpulkan mereka, laki-laki yang di dalam urat nadinya masih mengalir darah keimanan.....

Kami yakin (dia berbicara tentang diri sendiri dan sekelompok kecil orang-orang mu’min yang bergabung bersamanya kemudian berkembang menjadi satu kelompok besar), segala puji bagi Allah Robb Seluruh Alam -Alhamdulillah- atas limpahan pertolongan-Nya sehingga keikhlasan dan kesungguhan hati serta ibadah kepada-Nya tetap terus berlangsung.......

InsyaAllah orang kafir akan hancur, dan iman serta kebenaran akan tegak menjulang.............



[Shalahuddin Ayyubi, Penakluk Jerusalem, abad 12 masehi]



Abu Shamma, Kitab Ar-Rawadatain

The Empire of Sulthan Shalahuddien.....

Bukti di Al-Qur'an bahwa Bani Israel mengingkari janjinya dengan Allah SWT

Al-Baqarah ayat 83 :

Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari Bani israel (yaitu) : Janganla kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

Al-Baqarah ayat 84 :

Dan ingatlah, ketika kami mengambil janji dari kamu yaitu: kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan akmu tidak akan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.

Al-Baqarah ayat 85 :

Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudara sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu-membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan ; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu juga terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yg lain? Tiadalah balasan bagi orang yg berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka di kembalikan kepada siksa yg sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.

Al-Baqarah ayat 86 :

Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dgn kehidupan akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.

B A C A L A H !!!

Rasulullah saw tidak pernah mundur dari dakwah, walaupun kaum Quraisy senantiasa menteror, merekayasa dan memfitnah, bahkan paman beliau menganjurkan supaya ia bersikap lunak dalam berdakwah. Namun Rasulullah menolak dan mengatakan: “Demi Allah, sekalipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan risalah yang kupikul, aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memberi kemenangan, atau aku mati binasa dalam menjalakannya.” Imam Ahmad bin Hambal tidak menyerah ketika para penguasa menyuruhnya mengatakan ”Al Qur’an itu makhluk.” Ia tetap menolak sekalipun harus memikul penderitaan dan siksaan. Asy Syahid Sayid Qutub pun tidak menyerah ketika diminta kepadanya supaya mengatakan: “Hukum yang berlaku (di Mesir) bukan hukum jahiliyah,” agar dengan mengatakan demikian, ia selamat dari tiang gantungan. Bahkan Imam Syahid Hasan Al-Banna tewas diterjang oleh peluru makar yang dimuntahkan imperialis kuffar Rezim Mesir. Goresan kalbu yang menorehkan sikap keteguhan hati berlanjut dari masa hingga terpecikan juga di negeri Indonesia. Hukuman mati diberikan rezim orde lama kepada Imam Sukarmadji Maridjan Kartosoewirjo, dikarenakan ia difitnah keji sebagai “pemberontak” dalam menegakkan Kalimatullah.



Banyak orang yang menderita siksaan demi untuk menegakkan Dien Islam. Mereka tahu benar bahwa keteguhan hati dan kemauan mereka menjadikan mereka tetap sebagai pelita yang menerangi jalan. Dikarenakan mereka tidak meragukkan lagi eksistensi Allah SWT sebagai Rabb yang Maha segala Maha. Sebelum Isa diangkat sebagai Rasul, Allah telah menunjuk Musa sebagai pembawa berita kebenaran. Musa tunduk atas segala perintah Allah, sebagaimana difirmankan: “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampui batas, maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata lemah lembut, mudah mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha:33-34) Musa pun menyampaikan ayat-ayat Allah dengan perkataan lemah lembut, tetapi Fir’aun menolak ajakan itu malahan berusaha menentang dan membunuh Musa. Fir’aun berusaha mengumpulkan massa dan ia mengumumkan: ”…Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Nazia: 24). Jika kita telaah dan kita renungkan pernyataan sikap kaum kuffar dan Fir‘aun pada era millinium ke tiga ini, dengan suatu analisis objektif, Subhanallah, kita juga dapat menjumpainya…sangat dekat dan bisa jadi kita ada dalam pelukkannya.

“Masa bertambah cepat, amal makin kurang, kekikiran banyak bertemu, fitnah (kekacauan) terjadi dan huru-hara tambah banyak.” Mereka bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasullullah ! Yang mana?” Jawab Rasulullah: “Pembunuhan, pembunuhan !” (HSR. Bukhari dari Abu Hurairah r.a.). Sabda Rasulullah tersebut sangat menggelitik jiwa mereka yang dapat memahami apa yang terjadi. IQRA’ ! bacalah. Apa yang harus dibaca ? Dengan apa manusia membaca ? Apa tujuan membaca ? Bagaimana pula cara membacanya ? Kapan dan dimana ruang dan waktu membaca ? Pertanyaan demi pertanyaan melingkari dan mengurung manusia dengan berbagai untaian pertanyaan. Jikalau bukanlah karunia Allah SWT niscaya manusia itu ‘mati’ dalam kebingungan.



Iqra’ adalah bentuk perintah. Hukumnya perintah, wajib. Jadi setiap manusia wajib Iqra’. Obyek Iqra’ pada penggal ayat pertama tidaklah jelas, sehingga yang di Iqra’ adalah yang tersurat dan tersirat. Kemudian Allah Azza Wa Jalla memberikan celah pemahaman bahwa membaca segala sesuatu itu harus diawali Bismi Rabbik, yaitu dengan nama Tuhanmu atau dengan ajaran Rabbmu, dalam artian apabila manusia membaca sesuatu tanpa menggunakan nama Allah SWT atau tidak dengan ajaran Allah SWT, maka hasilnya tidak akan optimal (sia-sia). Mengapa Allah Azza Wa Jalla memerintahkan membaca dengan atas nama-Nya. Tidak dengan nama lain. Dan mengapa Allah SWT menggunakan ‘Rabb’. Mengapa Dia tidak eksplisit menyebut nama Allah dengan menyebut Bismillah. Allah Azza Wa Jalla mengenalkan diri-Nya Rabb yang mengandung makna fungsi eksistensi. Skala obyek Iqra’ sangat luas yaitu membaca ciptaan Allah SWT berupa segala yang ada di bumi dan di langit. Hal ini diinformasikan Allah melalui firman-Nya: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan ? ” (QS. Adz-Dzariyat: 20-21). Relevan dengan alur pemikiran yang terkandung dalam wahyu pertama, bahwa obyek Iqra’ lebih difokuskan kepada manusia. Kemudian pada surah Adz-Dzariyat ayat 21 bahwa dalam diri manusia itu penuh ‘misteri’ yang harus dieksplorasi.



Rabb yang mencipta segala sesuatu itu adalah bahasa tentang ketuhanan yang sifatnya umum. Arab jahiliyah menyembah berhala la’ata, uzza, mana’at akan tetapi mereka juga menyebutnya rabb. Karena masyarakat jahiliyah menganggap bahwa menyembah berhala itu mendapatkan perlindungan, ketenangan, rizki dll. Oleh karena itu Allah SWT secara diplomatis menggunakan kata rabb yang diakhiri dengan ‘I Ladzi Khalaq, yang bermakna yang menciptakan-yang maha pencipta. Mengandung artian bahwa rabb yang dipertuhankan masyarakat jahiliyah itu tidak dapat berbuat apa-apa. Seperti yang termaktub dalam QS. An-Nahl : 20 :”Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang”.



Ayat pertama Surah Al-‘Alaq itu memberikan pencerahan alam pemikiran manusia bahwasanya hendaknya mengenal nama-nama Rabb yang menciptakan alam. Ketika manusia berkonsentrasi menyelami makna ayat-ayat Al Qur’an dengan menampikkan berbagai macam kekusutan duniawi, dan senantiasa berdo’a memohon hidayah-Nya. Insya Allah akan menemui satu titik terang yang merupakan hal pokok dalam berkehidupan di dunia ini. Manusia akan mengenal betapa hinanya manusia sebagai budak nafsu dan bukan sebagai hamba Allah yang taat. Kata Rabb yang berarti; pencipta (alam), pengatur (hukum), perumus (kebijakan), memelihara, mendidik, pemilik, akan melekat dalam lubuk hati manusia dikala manusia itu mencari dan menapaki risalah dengan satu renungan; Allah pulalah sebagai tujuan hakiki mencari keridhaan-Nya.




Iqra’, berarti bacalah. Konotasi dan interpretasinya, analisislah, lakukanlah riset, selidikillah, pikirkanlah, pelajarilah dan proklamasikanlah. Apa yang harus diselidiki? Apa yang harus dipikirkan? Dan apa yang harus diproklamasikan?



Sebelum menjawab pertanyaan, yang pertama dicari terlebih dahulu adalah akar permasalahannya. Yang sudah nampak dipermukaan telah terjadi kepincangan sosial budaya di Jazirah Arab dan dunia umumnya. Perbudakan, penindasan, dan pemerkosaan hak asasi manusia, perampokan secara konvensional dan modern, sudah mewabah ditengah masyarakat. Korupsi, kolusi, dan nepotisme sudah membudaya secara structural. Bahkan kebusukan perilaku penguasa dibungkus dengan “bintang jasa”. Padahal, anugerah dibalik bintang jasa itu ada manipulasi diri agar tidak diketahui oleh rakyat. Akan tetapi rakyat bukanlah benda mati. Mereka mempunyai pikiran, perasaan dan yang jelas batinnya tidak dapat dibohongi oleh tipu daya penguasa dzhalim. Bagaikan api dalam sekam, setiap saat dapat menyulut kobaran api revolusi menumbangkan tirani yang kejam.



Sasaran Iqra’ adalah IPOLEKSOSBUDHANKAM yang merupakan benteng sistem ketatanegaraan. Suatu negara ini akan makmur gemah ripah loh jinawi, apabila landasan idiilnya mengacu kepada kebenaran mutlak. Pemerintah Arab Jahiliyyah sebelum turunnya Al Alaq’, kondisi sistem politiknya sangat labil, sehingga keutuhan nasional Hizaz terancam disintegrasi. Apalagi ketakutan atas adanya dua adikuasa, Roma dan Persia, cukup mengompori semangat disintegrasi itu. Disintegrasi terjadi karena keadilan tidak berkeadilan. Seluruh kekayaan rakyat di daerah disentralisasikan dan segalanya harus menunggu kebijakan sentral. Daerah hanya mendapat percikan anggaran yang tidak berimbang dengan pendapatan. Dikarenakan mengacu kepada asas “keseimbangan” dan “stabilitas nasional”.



Abad modern yang menjadikan materi sebagai tolak ukur harga diri merupakan tantangan berat. Kondisi budaya seperti ini tak ubahnya zaman jahiliyah sebelum turunnya Al Qur’an. Materi dijadikan tuhan, kekuasaan dijadikan tuhan, orang kaya lebih disegani dari pada ulama’, penguasa lebih dihormati dari pada ulama’, ulama pun telah banyak dicabuli oleh gemerlapnya harta dan kekuasaan.



Suatu adegan iman yang indah sekali. Ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya, dia tidak mengaduh kesakitan, tapi apa yang terucap ?…”Ahad !” suatu jawaban mantap dan menggetarkan para penyiksa dan majikannya. Ini menunjukkan bahwa pelindung dirinya hanyalah Allah Yang Ahad. Dialah yang memiliki asma ‘ul husna, Dialah yang menguasai alam semesta termasuk diri majikannya. Bilal tak gentar menghadapi ancaman maut dari boss yang berlaku kasar dan sadis. Inilah buah Iqra’ yang menghasilkan ma ‘rifat kepada Allah Azza Wa Jalla. Dibalik adegan penyiksaan yang tidak memudarkan iman Bilal bin Rabbah itu, hati kecil bossnya terusik. Gerangan doktrin apakah yang menjadikan Bilal setegar itu, materi kajian apa yang disampaikan Rasulullah sehingga para pengikutnya memiliki militansi tinggi. Karena gengsinya para penggede kaum kuffar tidak ingin menyatakan salut dan ikut serta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.



Indonesia dengan maraknya format politik yang mengatasnamakan dirinya konstitusi dengan moralitas ummat akhir-akhir ini sungguh sangat mengenaskan, trend yang berkembang pada ummat adalah penegakkan konstitusi sebagai sarana/alat demokratisasi. Akan tetapi disana sini terdapat intrik subjektif yang terlontar dari para elite rezim Republik Indonesia. Keadaan ini diperparah lagi dengan eksistensi ummat Islam yang tak lagi mengkaji serta menerapkan Al Qur’an dan Assunnah sebagai konsep aktual yang handal dalam berinteraksi di masyarakat manusia. Cara-cara dzolim seperti; pembusukan, fitnah, kekerasan dan bahkan memakai konsep-ajaran thaghut (baca: sesat) yang berlandaskan hawa nafsu telah menjadi suatu ajaran yang diaplikasikan, sebagaimana Allah SWT telah memberikan sinyal peringatan dalam firman-Nya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya”. (Q.S. An Nisaa’ : 60).




Penjelmaan thaghut ini terlihat jelas dengan kebobrokan moral dan akhlak ummat, baik generasi muda dan para orang tuanya membusuk dan menimbulkan suatu permusuhan, dendam, tawuran, perebutan kekuasaan dan kemaksiatan. Ummat Indonesia pada umumnya hanya stres dunia dan tidak stres akhirat, padahal mati kapan saja datang !



Berbagai kepentingan kekuasaan duniawi hilir mudik dengan arogansi kecanduannya kepada thaghut-hawa nafsu. Terjadinya konflik horizontal dalam ummat Islam Indonesia adalah karena kedurhakaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, atau ingkar dari tuntunan Kitabullah dan Assunnah. Bilamana kita mengikuti jejak orang kafir yang suka mempermainkan ayat-ayat Allah dan mengedepankan hawa nafsu maka kita akan mengalami situasi chaos atau kehancuran mekanisme peradaban ummat, seperti yang dialami ummat-ummat lain pada zaman jahiliyah dulu. Hal ini telah disebutkan dalam Q.S. Ali ‘Imran: 103, “Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali Allah (agama Islam), janganlah kamu berpecah-belah dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (di masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah merukunkan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara”. Dan Rasulullah pun telah memberikan wasiatnya kepada kita semua; “Orang yang sangat dibenci Allah ialah orang yang suka bermusuh-musuhan” (HSR. Bukhari dari Aisyah r.a.)

Monopoli aparatur pemerintahan dengan berbagai langkah strategis pada bidang ekonomi, hukum, dan perangkat kenegaraan dipegang & dikuasai oleh sistem peradaban neo jahiliyah yang terformulasi dan termanifestasi dalam Pancasila sebagai satu satunya sumber hukum-pedoman hidup masyarakat Indonesia. Pancasila sebagai sumber pesakitan ummat telah memaksa ummat Islam Indonesia memasuki bahkan menyeret ummat Muslim kedalam bentuk institusi kekufuran kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Terlihat jelas pada aspek interaksi sosial produksi dengan adanya permasalahan ketimpangan dan kedzaliman tatanan masyarakat yang selalu dalam gejolak perebutan kekuasaan. Pada aspek hukum dengan indikator yang begitu nyata menyudutkan kebenaran pada posisi lemah-tertindas, terlihat lengkap di balik permasalahan ketidak adilan dan ketidak-berdayaan-nya lembaga peradilan, dikarenakan akhlaq akademis manusianya mengadopsi hukum neo jahiliyah-kolonial. Begitu pula ambruknya akhlak ummat ketika mengembangkan sains dan teknologi sebagai ambisi ekspansif bangsa dan negara karena dikemas untuk memenuhi sifat materialis dan individualis.



Jika kita kaji lebih mendasar kesatu titik bagaimana Islam memandang suatu permasalahan/perkara memang sangat tragis…?! Karena kita akan menemukan akar permasalahan yang terjadi pada ummat ini adalah akibat idiologi yang dianut ummat, bangsa dan negara. Idiologi ummat Indonesia yang dianut bahkan diberhalakan menjadi satu acuan-rujukan berkehidupan merupakan idiologi thaghutisme (sesat) yang timbul dari produk hawa nafsu manusia. Pro kontra, konflik horizontal, fitnah dan berbagai macam kekusutan tatanan pada kondisi ummat yang beridiologi selain Al Islam tak dapat dibendung bahkan tidak akan mungkin selesai, karena Allah juga telah memberikan rambu peringatan pedas kepada kita semua dalam firman-Nya: “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”. (Q.S. Asy Syuura: 30). Idiologi produk manusia yang berdasarkan thaghutisme itulah yang melahirkan perpecahan- ketimpangan; sosial ekonomi, sosial politik, sosial budaya, undang-undang/hukum, pertahanan--militer dan sebagainya.



Maka al-‘Alaq ayat pertama menyajikan pemikiran Revolusi Ideologi. Allah Azza Wa Jalla mengajarkan sistematika berpikir revolusi yang indah. Diperkenalkan terlebih dahulu posisi Allah sebagai Tuhan secara Implisit, namun mengakar dalam hati sanubari manusia. Allah mengajarkan teori revolusi idiologi secara-melalui pendekatan sosio kultural untuk membongkar akar masalahnya, yakni idiologi thaghut-sesat.

Itulah hasil kajian ayat pertama surah al-‘Alaq, apabila benar cara mengkajinya dan benar pula menerapkannya, akan benar pula sepak terjangnya dalam kehidupan sebagai seorang manusia (hamba Allah SWT). Berbekal ma’rifat kepada Allah SWT akan melahirkan konsistensi dalam perjuangan sampai idiologi itu eksis secara sistem. Inilah sosok idiologi sejati yang membawa obor kebenaran ditengah gelap gulitanya alam jahiliyah tradisional atau neo jahiliyah seperti di negeri Indonesia saat ini.




Sudah waktunya ummat Islam dewasa ini kembali kepada dasar kajian Al Qur’an sebagaimana Rasulullah SAW memulainya. Telah banyak terori yang diimpor dan diadopsi dari berbagai sumber. Tetapi hasilnya nihil dan tidak dapat menunjukkan eksistensi hukum Allah SWT secara kaffah. Hal ini terjadi karena ummat Islam sudah asing terhadap materi kajian wahyu yang berhasil diterapkan Rasulullah SAW sebagai bukti nyata hasil perjuangan angkatan pertama. Seandainya generasi pertama gagal dalam mengaplikatifkan konsep hidup menurut nuzulnya wahyu, apakah mungkin Islam dapat dinikmati oleh ummat sesudahnya.



Tidak ada alasan bagi ummat Islam untuk tidak kembali kepada Al Qur’an, dikarenakan Allah Azza Wa Jalla telah memberikan penjelasan sejelas-jelasnya dan telah melewati uji materi yang hakiki (para Rasul) dalam firman-Nya: “(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran .” (Q.S. Ibrahim: 52).



“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (Q.S. Al Maaidah: 50)

Kesalahan besar bagi ummat Islam Indonesia jika membatasi diri dalam teritori sempit-picik dari pemahaman Islam hanya masalah ibadah saja (shalat, atau shaum). Akan tetapi ummat Islam Indonesia seharusnya meyakini, memahami dan mengaplikasikan Al Islam sebagai aqidah dan ibadah, negara dan ummat bernegara, moral dan akhlak, undang-undang-hukum dan kultur sosial, serta kesatuan interaksi ber-amaliah. Keterlibatan ummat Islam dalam kancah politik memang suatu keharusan demi tegaknya Dien Allah SWT. Karena berpolitik bagi ummat Islam adalah suatu energi da’wah Islamiyah yang diformulasikan dengan moralitas Islamy guna mewujudkan tatanan masyarakat Madani. Ummat Islam hendaknya mengembalikan nilai-nilai esensial Islam (Al Qur’an dan Assunnah) pada dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara.



Kekuasaan sendiri bukan tujuan utama dari kaum Muslimin, akan tetapi kekuasaan harus dilihat sebagai amanah yang dikaruniakan oleh Allah SWT untuk mengayomi masyarakat, menegakkan keadilan, membangun kesejahteraan bersama dan memelihara peradaban ummat. Setiap kekuasaan hendaknya tertanam dan mengandung pertanggung jawaban kepada Allah SWT dan ummat manusia. Dan setiap mu’min mengemban tugas menjadi pemimpin di alam ini, ia wajib merefleksikan dan mengaplikasikan Al Qur’an dan Assunnah sebagai satu-satunya pedoman hidup bagi (pribadinya) ummat manusia. Rasulullah sangat mewanti wanti kepada mereka yang memegang kekuasaan, “Seorang pembesar yang memerintahi rakyat kaum Muslimin, apabila pembesar itu mati, sedang dia tidak jujur terhadap rakyat, niscaya dia dilarang oleh Allah masuk surga.” (HSR. Bukhari dari Ma’qil r.a.).



Wallohualam...


Sasaran Iqra’ adalah IPOLEKSOSBUDHANKAM yang merupakan benteng sistem ketatanegaraan. Suatu negara ini akan makmur gemah ripah loh jinawi, apabila landasan idiilnya mengacu kepada kebenaran mutlak. Pemerintah Arab Jahiliyyah sebelum turunnya Al Alaq’, kondisi sistem politiknya sangat labil, sehingga keutuhan nasional Hizaz terancam disintegrasi. Apalagi ketakutan atas adanya dua adikuasa, Roma dan Persia, cukup mengompori semangat disintegrasi itu. Disintegrasi terjadi karena keadilan tidak berkeadilan. Seluruh kekayaan rakyat di daerah disentralisasikan dan segalanya harus menunggu kebijakan sentral. Daerah hanya mendapat percikan anggaran yang tidak berimbang dengan pendapatan. Dikarenakan mengacu kepada asas “keseimbangan” dan “stabilitas nasional”.

Untuk SaudaraKu di Indonesia

Untuk saudaraku di Indonesia,

Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia,, Namun, jika kalian tetap bertanya kepadaku,kenapa?? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim Terbanyak di punggung bumi ini,,,,bukan demikian saudaraku??? Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da'wah dari Jama'ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama'ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini?!!!?. Wah,,,,sungguh jumlah angka yang sangat fantastis & membuat saya berdecak kagum, Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku,,,,jika jumlah jama'ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang di gabung,,itu belum bisa menyamai jumlah jama'ah haji Dari negeri kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat di banding kalian yah? Wah?.wah?pasti uang kalian sangat banyak yah, apalagi menurut sahabatku itu ada 5 % dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya,,,Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati,,kenapa saya & kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah?.pasti sangat indah dan mengagumkan yah. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui Tentang negeri kalian. Pasti para ibu-ibu disana amat mudah Menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko & para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan. Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku Tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil,,,,yah diatas mobil saudaraku!! Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2 tahun lalu, Namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya Walau, terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum. Namun,,,mengapa di negeri kalian , katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah & ibunya , terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah,,,,itu yang kami dapat dari informasi televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding,,, ,, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA,,,,Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian..??? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut?.!! !, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan,,,,atau got-got apalagi ditempat sampah?saudaraku! !!, Mereka mati syahid,,,saudaraku! mati syahid karena serangan roket tentara Israel !!!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya ,di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel, Saudaraku,,, ,bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini. Perlu kalian ketahui,,,sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami Namun,,,,sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar,,,Allahu Akbar!!!

Wahai saudaraku di Indonesia,
Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, Namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi ,menderita busung lapar,,,, Apa karena kalian sulit mencari rezki disana..? apa negeri kalian sedang di blokade juga..? Perlu kalian ketahui,,,saudaraku , tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan,,, walau sudah lama kami diblokade. Kalian terlalu manja?!? Saya adalah pegawai Tata usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami. Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda Baru saja melangsungkan pernikahan,, ,yah,,,mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah,,,,diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku. Dan Perdana menteri kami, yaitu ust Isma?il Haniya memberikan santunan awal pernikahan Bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut,,,, Program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan Buku-buku pasti kalian telah lahap,,,kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karna kalian punya waktu.Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku. Satu jam,,,yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh Setelah itu kami harus terjun langsung ke lapanagn jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami. Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut Walau Cuma satu jam saudaraku,,, ,Tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta'aruf, tafahum dan takaful di sana. Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami,,, Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang ,,, bagaimana Dengan kalian?? Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al qur?an, umurnya baru 10 tahun , Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang. Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah Diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma,,,, yah di tempat itulah mereka belajar Saudaraku,, bunyi suara setoran hafalan al quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal,,,karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia,
Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, ,,,,kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia. Namun,,,bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai Bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya. Oh,,,iya hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya Untuk menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telepon dan fax yang masuk Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi Salam untuk semua pejuang-pejuang islam di Indonesia.

Kematian, Perpisahan dan Penghisaban

Saat ini, banyak orang yang hidup sesukanya hingga melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam menjalani hidup, ia tak peduli halal-haram. Dalam kamus hidupnya hanya satu: yang penting enak, nikmat! Mereka antara lain pelaku seks bebas, pemabuk/penikmat narkoba dan tentu saja kalangan hedonis lainnya. Setiap hari yang mereka kejar hanyalah kesenangan. Mereka tak mau dipusingkan oleh masalah.


Saat ini pun tak sedikit orang yang begitu dalam cintanya kepada seseorang; entah kepada pasangan hidupnya, pujaan hatinya, anak-anaknya, kedua orang-tuanya, dll. Begitu dalamnya cintanya kepada seseorang tersebut hingga melebihi cintanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Akibatnya, ia menomorduakan Allah SWT dan Rasul-Nya serta menomor-satukan seseorang yang ia cintai. Bukan-kah tak sedikit orang mengorbankan agama demi menyenangkan orang-orang yang ia cintai. Bukankah banyak orang mau mengorbankan apa saja, termasuk agamanya, demi menyenangkan dan membahagiakan pasangan hidup yang dia cintai? Banyak pula orang yang tergila-gila mencintai sesuatu; entah harta-kekayaan, jabatan, pangkat, kehormatan, hobi dll. Begitu cintanya pada sesuatu itu, ia pun tak jarang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Bukankah tak sedikit orang yang menggadaikan agamanya demi mengejar kekayaan, jabatan, pangkat, kehormatan atau bahkan hobi? Bukankah ada orang yang nekad melakukan suap-menyuap demi pangkat/jabatan; melaku-kan manipulasi demi meraih gelar/kehor-matan; atau menghabiskan waktu berjam-jam seharian (juga tenaga, pikiran dan tentu saja uang) demi memuaskan hobi-nya hingga lupa shalat, baca Alquran atau berzikir kepada Allah SWT?


Jika kita termasuk ke dalam orang-orang yang semacam ini, layaklah kita merenungkan sebuah hadits, sebagaimana yang dituturkan Sahal bin Saad, bahwa Nabi SAW pernah bersabda: Jibril pernah berkata, ”Muhammad, hiduplah sesukamu, namun sesungguhnya akhir kehidupanmu adalah kematian; cintailah siapa saja sekehendakmu, tetapi sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya; lakukanlah apa saja semaumu, namun sesungguhnya engkau akan diberi balasan.” (HR al-Hakim, al-Haitsami dan ath-Thabrani)


Sayang, meski banyak orang tahu bahwa ujung kehidupan adalah kematian dan kefanaan, faktanya mereka menjalani hidup ini seolah-olah kehidupan itu abadi dan tak bertepi. Akibatnya, mereka terus menumpuk harta-kekayaan, sesuatu yang pasti akan mereka tinggalkan; terus mengejar pangkat dan jabatan, sesuatu yang pasti akan mereka tanggalkan; serta terus mereguk berbagai macam kese-nangan, sesuatu yang pasti segera terlupakan. Tak jarang semua itu semakin menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Tak jarang semua itu menjadikan dirinya lupa mempersiapkan amal kebajikan, bekal pasca kematian, sesuatu yang justru akan menjadi satu-satunya teman di Hari Penghisaban. Tak jarang pula semua itu menjadikan dirinya bakhil, terus menuruti hawa nafsu dan cenderung berbangga diri. Semua itu pada akhirnya menghancurkan dirinya. Yang demikian ini persis sebagaimana sabda Nabi SAW dalam sebuah riwayat yang dituturkan oleh Ibn Umar ra., yang menyatakan bahwa, ”Ada tiga perkara yang menghancurkan, yaitu: sifat bakhil yang kelewatan, hawa nafsu yang dituruti dan membanggakan diri sendiri... (HR ath-Thabrani. Lihat: Ismail Muhammad al-'Ajiluni al-Jarahi, Kasyf al-Khifâ' II/381)


Orang-orang yang seperti ini biasa-nya adalah orang-orang yang tak punya adab (baik kepada Allah ataupun makh-luk), tidak sabar (terutama dalam menjauhi ragam maksiat dan dalam menunaikan berbagai kewajiban) dan tidak memiliki sikap wara' (menjauhi keharaman dan syubhat). Padahal, sebagaimana dinyata-kan oleh Imam Hasan al-Bahsri, seorang ulama besar generasi tabi'in, ”Siapa saja yang tak punya adab (baik kepada Allah ataupun kepada makhluk), berarti ia tak punya ilmu. Siapa saja yang tak bersabar (terutama dalam menjauhi ragam maksiat dan dalam menunaikan berbagai kewajib-an), berarti ia bukan orang beragama. Siapa saja yang tak bersikap wara' (dari perkara yang haram maupun yang syubhat), berarti ia tak punya martabat (di sisi Allah SWT).” (Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Nashâ'ih al-'Ibâd, hlm. 11)

Karena itu, marilah kita segera bertobat kepada Allah 'Azza Wajala dari segala dosa dan kesalahan, karena itu adalah kewajiban. Namun, meninggalkan ragam dosa dan kemaksiatan adalah lebih wajib lagi. Demikianlah sebagaimana kata penyair:

Manusia wajib tobat dari dosa
Lebih wajib lagi meninggalkannya

Kita pun mesti selalu menyadari, bahwa kematian itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari siapapun dan apapun yang bakal datang menghampiri kita, sebagaimana pula kata penyair:
Setiap yang bakal datang itu dekat
Lebih dekat lagi adalah kematian

Wa mâ tawfîqî illâ billâh.[] arief b. Iskandar

************************************************************************


Detik berganti Menit
Menit berganti Jam..
Jam berganti Hari..
Hari berganti Bulan..
Bulan berganti Tahun..
Begitulah perputaran waktu..
Dari satu kejadian ke kejadian yang lain..
Tetapi waktu tidak akan bisa berulang..

Ingin sekali jika ada mesin waktu, aku ingin mengulang masa SMA dulu…
Ingin sekali jika ada mesin waktu, merubah kisah masa kuliah di tingkat 1..
Ingin sekali jika ada mesin waktu, aku ingin mundur 1 tahun kebelakang …
Tetapi itu tidaklah mungkin,…
Waktu terus berputar dan tidak bisa diulang..


Perputaran waktu itu, membuatku menyadari bahwa betapa banyak maksiat yang dilakukan selama ini.. (-_-)
Aku juga menyadari bahwa belum ada karya satupun yang kupersembahkan pada-MU, Ya Allah swt, Maha Pemilik Nyawa-ku..
Apa yang telah kuberikan untuk Islam?
Apa yang telah kuberikan untuk Umat?
Apa yang telah kuberikan untuk membahagiakan kedua orangtuaku sedangkan mereka yang selalu mendoakan ku tanpa pamrih dan mengorbankan kebahagiaanya untuk ku…?
Sungguh.. semua pertanyaan itu belum bisa dijawab…


************************************************************************
Jazakumullah khairan katsiran atas semua doa yang diberikan untukku pada hari ini..
Semoga doa teman-teman dikabulkan oleh Allah swt dan doa itu juga untuk teman-teman semua.. ‘
Semoga doa itu tidak hanya untukku di hari ini tetapi di hari-hari lainnya.. saling mendoakan sesama muslim… ^__^


By : Suci Sri Yundari (Najla Hanifah)
Bogor, 17 Juni 2010
**Jika ada kesalahan dalam penulisan, afwan jiddan **

Jeritan Anak Muda

Siang datang bukan untuk mengejar malam, malam tiba bukan untuk mengejar siang. Siang dan malam datang silih berganti dan takkan pernah kembali lagi. Menanti adalah hal yang paling membosankan, apalagi jika menanti sesuatu yang tidak pasti. Sementara waktu berjalan terus dan usia semakin bertambah, namun satu pertanyaan yang selalu mengganggu "Kapan aku menikah??".

Resah dan gelisah kian menghantui hari-harinya. Manakala usia telah melewati kepala tiga, sementara jodoh tak kunjung datang. Apalagi jika melihat disekitarnya, semua teman-teman seusianya, bahkan yang lebih mudah darinya telah naik ke pelaminan atau sudah memiliki keturunan. Baginya, ini suatu kenyataan yang menyakitkan sekaligus membingungkan. Menyakitkan tatkala masyarakat memberinya gelar sebagai "bujang lapuk" atau"perawan tua" , "tidak laku".Membingungkan tatkala tidak ada yang mau peduli dan ambil pusing dengan masalah yang tengah dihadapinya.

Apalagi anggapan yang berkembang di kalangan wanita, bahwa semakin tua usia akan semakin sulit mendapatkan jodoh. Sehingga menambah keresahan dan mengikis rasa percaya diri. Sebagian wanita yang masih sendiri terkadang memilih mengurung diri dan hari-harinya dihabiskan dengan berandai-andai.

Ini adalah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri sebab hal ini bisa saja terjadi pada saudari kita, keponakan, sepupu atau keluarga kita. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini, tingginya batas mahar dan uang nikah yang ditetapkan. Hal ini banyak terjadi dinegeri kita -khususnya di daerah sulawesi-. Telah banyak kisah para pemuda yang sudah ingin sekali menikah, mundur dari lamarannya hanya karena tidak mampu menghadapi mahar yang ditetapkan. Setan pun mendapatkan celah untuk menggelincirkan anak-anak Adam sehingga melakukan perkara-perkara terlarang mulai dari kawin lari sampai pada perbuatan-perbuatan yang hina (zina), bahkan sampai menghamili sebagai solusi dari semua ini. Padahal agama yang mulia ini telah menjelaskan bahwa jangankan zina, mendekati saja diharamkan,

"Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.". (QS. Al-Israa’:32 )

Al-Allamah Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy-rahimahullah- berkata, "Di dalam larangan dari mendekati zina dengan cara melakukan pengantar-pengantarnya terdapat larangan dari zina –secara utama-, karena sarana menuju sesuatu, jika ia haram, maka tujuan tentunya haram menurut konteks hadits".[Lihat Fathul Qodir (3/319)]

Pembaca yang budiman, sesungguhnya islam adalah agama yang mudah; Allah I telah anugerahkan kepada manusia sebagai rahmat bagi mereka. Hal ini nampak jelas dari syari’at-syari’at dan aturan yang ada di dalamnya, dipenuhi dengan rahmat, kemurahan dan kemudahan. Allah I telah menegaskan di dalam kitab-Nya yang mulia,

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran Ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)". (QS.Thohaa :1-3)

Allah I berfirman

"Allah tidak menghendaki menyulitkan kalian, tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, supaya kalian bersyukur."(QS. : Al-Maidah: 6)

Namun sangat disayangkan kalau kemudahan ini, justru ditinggalkan. Malah mencari-cari sesuatu yang sukar dan susah sehingga memberikan dampak negatif dalam menghalangi kebanyakan orang untuk menikah, baik dari kalangan lelaki, maupun para wanita, dengan meninggikan harga uang pernikahan dan maharnya yang tak mampu dijangkau oleh orang yang datang melamar. Akhirnya seorang pria membujang selama bertahun-tahun lamanya, sebelum ia mendapatkan mahar yang dibebankan. Sehingga banyak menimbulkan berbagai macam kerusakan dan kejelekan, seperti menempuh jalan berpacaran. Padahal pacaran itu haram, karena ia adalah sarana menuju zina. Bahkan ada yang menempuh jalan yang lebih berbahaya, yaitu jalan zina !!

Di sisi yang lain, hal tersebut akan menjadikan pihak keluarga wanita menjadi kelompok materealistis dengan melihat sedikit banyaknya mahar atau uang nikah yang diberikan. Apabila maharnya melimpah ruah, maka merekapun menikahkannya dan mereka tidak melihat kepada akibatnya; orangnya jelek atau tidak yang penting mahar banyak !! Jika maharnya sedikit, merekapun menolak pernikahan, walaupun yang datang adalah seorang pria yang diridhoi agamanyadan akhlaknya serta memiliki kemampuan menghidupi istri dan anak-anaknya kelak. Padahal Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-telah mamperingatkan,

إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِيْنَهُ فَزَوِّجُوْهُ . إِلَّا تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِيْ الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

"Jika datang seorang lelaki yang melamar anak gadismu, yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah (musibah) dan kerusakan yang merata dimuka bumi "[HR.At-Tirmidziy dalam Kitab An-Nikah(1084 & 1085), dan Ibnu Majah dalam Kitab An-Nikah(1967). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1022)]

Jadi, yang terpenting dalam agama kita adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan sekedar kekayaan dan kemewahan. Sebuah rumah yang berhiaskan ketaqwaan dan kesholehan dari sepasang suami istri adalah modal surgawi, yang akan melahirkan kebahagian, kedamaian, kemuliaan, dan ketentraman. Namun sangat disayangkan sekali, realita yang terjadi di masyarakat kita, jauh dari apa yang dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hanya karena perasaan "malu" dan "gengsi" hingga rela mengorbankan ketaatan kepada Allah; tidak merasa cukup dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan dalam syari’at-Nya. Mereka melonjakkan biaya nikah, dan mahar yang tidak dianjurkan di dalam agama yang mudah ini. Akhirnya pernikahan seakan menjadi komoditi yang mahal, sehingga menjadi penghalang bagi para pemuda untuk menyambut seruan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

"Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian yang telah mampu, maka menikahlah, karena demikian (nikah) itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah, karena puasa akan menjadi perisai baginya". [HR. Al-Bukhoriy (4778), dan Muslim (1400), Abu Dawud (2046), An-Nasa'iy (2246)]

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- telah menganjurkan umatnya untuk mempermudah dan jangan mempersulit dalam menerima lamaran dengan sabdanya,

مِنْ يُمْنِ الْمَرْأَةِ تَسْهِيْلُ أَمْرِهَا وَقِلَّةُ صَدَاقِهَا

"Diantara berkahnya seorang wanita, memudahkan urusan (nikah)nya, dan sedikit maharnya". [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (24651), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (2739), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (14135), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (4095), Al-Bazzar dalam Al-Musnad (3/158), Ath-Thobroniy dalam Ash-Shoghir (469). Di-hasan-kan Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami' (2231)]

Oleh karena itu, pernah seseorang datang kepada Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- seraya berkata,"Sesungguhnya aku telah menikahi seorang wanita." Beliau bersabda, "Engkau menikahinya dengan mahar berapa?" orang ini berkata:"empat awaq (yaitu seratus enam puluh dirham)". Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

عَلَى أَرْبَعِ أَوَاقٍ ؟ كَأَنَّمَا تَنْحِتُوْنَ الْفِضَّةَ مِنْ عَرْضِ هَذَا الْجَبَلِ مَا عِنْدَنَا مَا نُعْطِيْكَ وَلَكِنْ عَسَى أَنْ نَبْعَثَكَ فِيْ بَعْثٍ تُصِيْبُ مِنْهُ

"Dengan empat awaq (160 dirham)? Seakan-akan engkau telah menggali perak dari sebagian gunung ini. Tidak ada pada kami sesuatu yang bisa kami berikan kepadamu. Tapi mudah-mudahan kami dapat mengutusmu dalam suatu utusan (penarik zakat) ; engkau bisa mendapatkan (empat awaq tersebut)". [HR, Muslim(1424)].

Al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syarof An-Nawawiy-rahimahullah- berkata tentang sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang kami huruf tebalkan, "Makna ucapan ini, dibencinya memperbanyak mahar hubungannya dengan kondisi calon suami".[Lihat Syarh Shohih Muslim (6/214)]

Perkara meninggikan mahar, dan mempersulit pemuda yang mau menikah, ini telah diingkari oleh Umar -radhiyallahu ‘anhu-. Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

أَلَا لَا تَغَالُوْا بِصُدُقِ النِّسَاءِ فَإِنَّهَا لَوْ كَانَتْ مَكْرَمَةً فِيْ الدُّنْيَا أَوْ تَقْوًى عِنْدَ اللهِ لَكَانَ أَوْلَاكُمْ بِهَا النََّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَصْدَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِمْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ وَلَا أُصْدِقَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ بَنَاتِهِ أَكْثَرَ مِنْ ثِنْتَيْ عَشَرَ أُوْقِيَةٌ

"Ingatlah, jangan kalian berlebih-lebihan dalam memberikan mahar kepada wanita karena sesungguhnya jika hal itu adalah suatu kemuliaan di dunia dan ketaqwaan di akhirat, maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- adalah orang yang palimg berhak dari kalian. Tidak pernah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memberikan mahar kepada seorang wanitapun dari istri-istri beliau dan tidak pula diberi mahar seorang wanitapun dari putri-putri beliau lebih dari dua belas uqiyah (satu uqiyah sama dengan 40 dirham)" .[HR.Abu Dawud (2106), At-Tirmidzi(1114),Ibnu Majah(1887), Ahmad(I/40&48/no.285&340). Di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3204)]

Pembaca yang budiman, pernikahan memang memerlukan materi, namun itu bukanlah segala-galanya, karena agungnya pernikahan tidak bisa dibandingkan dengan materi. Janganlah hanya karena materi, menjadi penghalang bagi saudara kita untuk meraih kebaikan dengan menikah. Yang jelas ia adalah seorang calon suami yang taat beragama, dan mampu menghidupi keluarganyanya kelak. Sebab pernikahan bertujuan menyelamatkan manusia dari perilaku yang keji (zina), dan mengembangkan keturunan yang menegakkan tauhid di atas muka bumi ini.

Oleh karena itu, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- perkah bersabda,

ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُ الْغَازِيْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِيْ يُرِيْدُ الْأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِيْ يُرِيْدُ التَّعَفُّفَ

"Ada tiga orang yang wajib bagi Allah untuk menolongnya: Orang yang berperang di jalan Allah, budak yang ingin membebaskan dirinya, dan orang menikah yang ingin menjaga kesucian diri". [HR. At-Tirmidziy (1655), An-Nasa'iy (3120 & 1655), Ibnu Majah (2518). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (3089)]

Orang tua yang bijaksana tidak akan tentram hatinya sebelum ia menikahkan anaknya yang telah cukup usia. Karena itu adalah tanggung-jawab orang tua demi menyelamatkan masa depan anaknya. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran orang tua semua untuk saling tolong-menolong dalam hal kebaikan. Ingatlah sabda Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-

إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

"Agama adalah mudah dan tidak seorangpun yang mempersulit dalam agama ini, kecuali ia akan terkalahkan". [HR. Al-Bukhary (39), dan An-Nasa'iy(5034)]

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkan umatnya untuk menerapkan prinsip islam yang mulia ini dalam kehidupan mereka sebagaimana dalam sabda Beliau,

يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوْا

"permudahlah dan jangan kalian mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari". [HR.Al-Bukhary(69& 6125), dan Muslim(1734)]

Syaikh Al-Utsaimin-rahimahullah- berkata, "Kalau sekiranya manusia mencukupkan dengan mahar yang kecil, mereka saling tolong menolong dalam hal mahar(yakni tidak mempersulit) dan masing-masing orang melaksanakan masalah ini, niscaya masyarakat akan mendapatkan kebaikan yang banyak, kemudahan yang lapang, serta penjagaan yang besar, baik kaum lelaki maupun wanitanya".[Lihat Az-Zawaaj]

AMAL ISLAMI BUKANLAH AKTIVITAS SESAAT....

oleh Dr Najih Ibrahim

jalan menuju jannah...


Amal islami bukanlah aktivitas yang cukup dikerjakan di saat Anda memiliki waktu luang dan bisa Anda tinggalkan saat sibuk. Tidak! Amal islami terlalu agung dan mulia jika mesti diperlakukan seperti itu.



Perkara intima` kepada dien ini tentu saja jauh lebih serius daripada yang seperti itu. Islam tidak seperti klub ilmiyah, klub olahraga, atau kepanduan yang cukup dikerjakan saat masih menjadi pelajar/ mahasiswa, lalu bisa ditinggalkan saat telah lulus. Atau cukup dikerjakan saat masih bujang dan boleh ditinggalkan setelah menikah. Atau Anda curahkan waktu sebelum Anda mendapat pekerjaan dan setelah mendapatkannya, atau Anda membuka klinik, apotek, biro konsultasi, atau Anda disibukkan dengan pelajaran-pelajaran khusus, maka Anda boleh meninggalkannya atau meremehkannya. Sekali-kali tidak! Amal islami bukanlah seperti itu.



Perkara amal islami dan intima` kepadanya sama dengan perkara ‘ubudiyah kepada Allah yang sebenarnya. Oleh karena itu, semestinya seorang muslim tidak melepaskan diri dari amal islami kecuali bersamaan dengan keluarnya ia dari kehidupan ini.. Bukankah Allah telah berfirman



وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ


Dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai kematian datang kepadamu! (al-Hijr : 11)



Sampai datang kematian!!!

Al-Qur`an tidak mengatakan ‘Sembahlah Rabbmu sampai kamu keluar dari Universitas atau saat menjadi pegawai atau sampai kamu menikah atau sampai kamu membuka klinik atau sampai kamu membuka biro konsultasi dst.”



Para pendahulu kita, as-salafus shalih memahami benar hakekat yang sederhana namun sangat urgen dalam dienullah ini.



Kita dapati ‘Ammar bin Yasir, beliau berangkat perang saat usia beliau telah mencapai 90 tahun. Perang! Bukan berdakwah, mengajar orang-orang, atau beramar makruf nahi munkar. Beliau berangkat perang saat tulang-belulang beliau sudah rapuh, tubuh telah renta, rambut telah memutih, dan kekuatan sudah jauh berkurang.



Adalah Abu Sufyan masih membakar semangat para pasukan untuk berperang saat beliau berumur 70 tahun.




Begitu pun dengan Yaman, Tsabit bin Waqasy. Keduanya tetap berangkat ke medan Uhud meski telah lanjut usia dan meski Rasulullah menempatkan mereka bersama kaum wanita, di bagian belakang pasukan.



Mengapa kita mesti pergi jauh?! Bukankah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melaksanakan 27 pertempuran . Semua peperangan itu beliau alami setelah usia beliau lewat 54 tahun. Bahkan perang Tabuk, perang yang paling berat bagi kaum muslimin, diikuti dan dipimpim langsung oleh beliau saat umur beliau telah mencapai 60 tahun.



Bagaimana dengan keadaan kita hari ini?! Kita dapat saksikan banyak sekali ikhwah yang meninggalkan amal Islami setelah lulus kuliah, menikah, sibuk dengan perdagangan, tugas, dlsb.

Kepada mereka, “Sesungguhnya urusan dien dan Islam itu bukan urusan main-main.”



وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللهِ عَظِيمٌ

Dan kalian menyangka itu urusan yang remeh, padahal di sisi Allah itu adalah urusan yang agung. (an-Nur : 15)




Saya katakan kepada mereka, “Mana janji kalian?! Janji yang telah kalian ikrarkan di hadapan Allah dan di hadapan orang banyak dulu?!”



وَكَانَ عَهْدُ اللهِ مَسْئُولاً

Dan janji Allah itu akan dipertanyakan. (al-Ahzab : 15)



Mana sajak pendek yang selama ini sering kalian perdengarkan?!



فِيْ سَبِيْلِ اللهِ قُمْنَا

نَبْتَغِيْ رَفْعِ اللِّوَاءِ

مَالِحِزْبٍ قَدْ عَمِلْنَا


نَحْنُ لِلدِّيْنِ فِدَاءُ

فَلْيَعُدْ لِلدِّيْنِ مَجْدُهُ

أَوْ تُرَقْ مِنَّا الدِّمَاءُ



Di jalan Allah kami tegak berdiri

Mencitakan panji-panji menjulang tinggi

Bukan untuk golongan tertentu, semua amal kami

Bagi dien ini, kami menjadi pejuang sejati


Sampai kemuliaan dien ini kembali

Atau mengalir tetes-tetes darah kami




Saya katakan kepada mereka, “Sesungguhnya akibat dari pengunduran diri adalah keburukan. Apalagi bagi orang yang telah mengerti kebenaran lalu berpaling darinya. Bagi orang yang telah merasakan manisnya kebenaran lalu tenggelam dalam kebatilan. Sesungguhnya membatalkan janji kepada Allah termasuk dosa yang terbesar di sisi Allah dan di pandangan orang-orang yang beriman.”



فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَى نَفْسِهِ

Maka barangsiapa melanggar janji, akibatnya akan mengenai dirinya sendiri. (al-Fath : 10)



Siapa pun yang dikuasai oleh nafsu ammarah bissu`, ditipu oleh setan, atau mengundurkan diri dari medan amal islami hendaklah merenungkan firman Allah ini



وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللهَ لَئِنْ أَتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصَّالِحِيْنَ فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوْا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُوْنَ




Dan di antara mereka ada orang yang berikrar kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, pasti kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh”. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling. (at-Taubah : 75-76)



Kemudian hendaknya pula merenungkan firman Allah tentang hukuman yang akan diterima



فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِيْ قُلُوْبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللهَ مَا وَعَدُوْهُ وَبِمَا كَانُوْا يُكَذِّبُوْنَ



Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. (at-Taubah : 77)



Sesungguhnya perkara amal islami adalah perkara yang sangat urgen.. Sayangnya, sebagian mereka yang lemah imannya ~beberapa di antaranya bergabung saat masih kuliyah~ beranggapan bahwa amal islami itu tak ubahnya dengan sarikat dagang untuk satu masa tertentu. Begitu masa kuliyah selesai, selesai pulalah amal islami. Atau mereka menyangka masa amal islami adalah masa terjalinnya persahabatan atau pertemanan saat masih kuliyah yang selesai begitu saja saat lulus. Semuanya selesai, tuntas!



Saya sebut mereka di sini sebagai orang-orang yang lemah imannya karena biasanya penyakit itu bermula dari lemahnya iman. Sakitnya hati, lemahnya semangat, dan tidak mengakarnya iman, terletak di dalam hati, bukan di akal. Seringnya ~bahkan selalunya~ kerusakan itu terletak pada hati bukan akal; disebabkan oleh bolongnya iman, bukan kurangnya ilmu; karena syahwat, bukan syubhat; dan buah dari cinta dunia, bukan kurangnya kesadaran. Maka siapa yang ingin menjalani terapi atau berobat, semestinya memperhatikan hatinya, membersihkannya dari berbagai kotoran dan mengobati penyakit-penyakitnya iu.




Sayangnya, sedikit sekali dokter yang ada di zaman ini. Tentu saja maksud saya adalah dokter untuk penyakit hati. Kalau dokter penyakit jasmani, banyak sekali jumlah mereka, namun parah sekali juga penyakit yang menimpa mereka.



Sesungguhnya seseorang yang berbalik dari kebenaran setelah mengetahuinya adalah seorang yang mendahulukan kelezatan sesaat dan kesenangan semusim serta mencari kegembiraan dengan membayar kesedihan sepanjang masa, menceburkan diri ke sumur maksiat, dan berpaling dari cita-cita mulia kepada keinginan rendah lagi hina.. Selanjutnya ia akan berada di bawah kungkungan setan, di lembah kebingungan, dan terbelenggu di penjara hawa nafsu.



Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya mendapati keadaan orang-orang seperti mereka jauh lebih buruk daripada kaum muslimin pada umumnya. kiranya itulah hukuman dari Allah bagi mereka …

Bagai rajawali yang telah rontok bulu-bulunya

Setiap kali melihat burung terbang ia melihat segala kegagalannya.



sumber : buku Kepada aktivis muslim

Kembali ke rumah kembali kepada cinta

Saya bertanya kepada beberapa teman. Kata kata apa yang sering diucapkan istri atau anak setiap kali kalian akan berpergian ? sebagaian besar mereka menjawab :” istri atau anak akan berpesan :” jika telah usai segeralah pulang kerumah. Kami merindukanmu.” Dengan redaksional yang sedikit berbeda. Inti pesan itulah yang mendominasi setiap kali pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan istri dan anak anak kalian.

Rumah adalah tempat jiwa kalian bermuara. Sebab didalamnya cinta kalian ditambatkan. Orang orang terdekat, yang kalian cintai dan mencintai kalian. Berada didalamnya. Mereka merindukan kalian kembali ditengah tengah gelak tawa mereka. Ada banyak hal yang mendorong kalian untuk kembali kerumah setelah seharian bergelut bersama kehidupan diluar rumah. Itulah makna yang dapat kalian pelajari dari Sabda RAsulullah saw. Diriwayatkan oleh Aisyah, Nabi Saw pernah bersabda :” Jika kalian telah selesai tugas diluar rumah, maka cepatlah kembali ke istrimu. Karena itu sangat besar pahalanya. “ (HR.Al-Hakim)

Rumah menegaskan dua wajah yang melekat dalam diri kalian. Wajah pertama adalah jawaban akan kebutuhan jiwa kalian. Sementara itu, wajah kedua adalah tanggung jawab kalian sebagai qowwam dalam keluarga. Keduanya bertegur sapa dalam diri kalian, sebagai lelaki dan suami.

Wajah pertama menghajatkan kalian untuk menjadikan rumah sebagai taman rekreasi paling menyenangkan. Tempat jiwa kalian istirahat setelah seharian bersentuhan dengan kepenatan kerja. Tutur kata yang lembut dari istri, gurauan segar, cerita cerita yang ringan, serta gelak tawa istri dan anak merupakan penawar seluruh jenak jenak kelelahan jiwa. Seluruhnya bersemayam didalam rumah kalian. Semua itu semestinya tidak bisa tergantikan oleh kesenangan kesenangan semu diluar rumah.

Oleh karena itu Rasulullah menyarankan kepada kalian “ cepatlah kembali ke istrimu” Rasulullah tidak mengada ngada, sebab beliau pernah mengalaminya. Slide ingatan kita tentang penerimaan wahyu pertama menegaskan tentang persoalan ini. Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, bagaimana permulaan wahyu diturunkan. Setelah menerima wahyu pertama Rasulullah segera pulang dalam keadaan gemetar. Khadijah adalah orang pertama yang ditemuinya. Rumah menjadi tempat kembalinya. “selimuti aku, selimuti aku.” Beliau diselimuti khadijah hingga hilang rasa takutnya. Dari khadijah pula Rasulullah mendapatkan support dan dukungan. “bergembiralah suamiku. Demi Allah,Allah sama sekali tidak akan membuatmu kecewa.”

Pulang kerumah tidak berarti sekedar rutinintas. Ia bukan sekedar kerja fisik. Rumah bukan sekedar tempat fisik kalian berteduh. Sebab kalau sekedar tempat berteduh. Ia bisa ditemukan dimana saja. Lebih dari sekedar itu, sesungguhnya rumah merupakan tempat jiwa kalian bermuara. Dengan demikian pulang kerumah haruslah menyertakan fisik dan jiwa kalian.

Kepulangan semestinya membawa kesegaran baru. Orang orang yang kalian cintailah yang akan menebarkan kesegaran itu. Saat itulah kalian merasakan bahwa rumah adalah tempat yang tak tergantikan. Sebab ada kekasih kalian yang setia menanti, kekasih yang akan menebar kebahagiaan ketika kalian pulang menemuinya. Dalam hal inilah kalian menemukan makna Sabda Rasulullah :” tidak ada yang bisa dilihat lebih indah oleh orang orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan.” (Al-Hakim dishahihkan dengan syarat syarat Muslim).

Ungkapan Ali bin Thalib Karamallahu wajhahu terhadap istrinya, FAtimah binti Muhammad saw. Merupakan gambaran tentang makna keberadaan seorang istri yang dapat menambah kuat jalinan perasaan (‘athifah) diantara mereka :” ketika aku memandangnya,” kata ali, hilanglah kesusahan dan kesedihanku.” Memang, dalam hal ini indahnya penampilan tidak sekedar yang bersifat fisik tetapi sekaligus lahir dari pancaran jiwa yang tulus. Dale Carnegie dalam How to Wind Friends an Influence people mengatakan :” Ekspresi yang terpantul dari wajah seseorang adalah jauh lebih penting daripada pakaian yang dikenakannya.

Akhirnya rumah menjadi taman rekreasi kalian. Didalamnya bertabur bunga bunga. Kalian sendirilah penanamnya, tentu bersama dengan kekasih kalian. Kepulangan kalian harus membawa kesadaran bahwa kalian harus saling menebar kesegaran, dari pancaran wajah dan jiwa kalian. Jabis Ra pernah meriwayatkan “ kami bersama Rasulullah dalam suatu peperangan . ketika kami tiba dimadinah, kami langsung pergi memasuki rumah kami. Rasulullah lalu mengatakan . “ Tangguhkanlah. Jangan masuk pada malam hari hingga istri kalian menyisir rambut dan bersolek.” (HR.Muslim)

Hanya karena alasan memberi kesempatan istri kalian untuk berdandankah Rasulullah melarang kalian untuk segera memasuki rumah ? saya menangkap makna lain dari yang diungkapkan Rasulullah. Penjelasan Rasulullah tersebut sesungguhnya juga memberikan jeda bagi kalian untuk menyiapkan fisik dan jiwa kalian agar jauh lebih segar, agar terhapus jenak jenak kelelahan dari wajah. Agar yang terlihat oleh istri kalian hanya senyum yang merekah. Agar rumah menjadi taman rekreasi yang dirindukan.

Kerinduan kalian terhadap rumah menjadi Ayat ayat cinta. Tanda tanda yang menunjukkan banyak hal : cinta , kedamaian dan ketenangan rumah tangga, tanggung jawab, kasih sayang, serta Rahmat Allah ta’ala. KEMBALI KERUMAH ADALAH KEMBALI KEPADA PANGKUAN CINTA. Jangan sampai fenomena film shall we dance mendera diri kalian : ketika seorang suami lupa untuk pulang dan tertambat hatinya pada kesenangan diluar rumah, tanpa ada alasan yang jelas dan dibenarkan.

Bermunajat kita kepada Allah, jangan sampai dihilangkan dari diri kita kerinduan untuk pulang kerumah, kembali kepada kekasih kita.

Wallahua'lam, semoga Allah mengampuni saya jika karena pengetahuan saya yang kurang luas sehingga saya menulis, berbuat dan berbicara salah.

Be Carefull Ukhti....

Ukhti..., renungkanlah!



Saudariku muslimah, salah seorang darimu pernah berkisah, simaklah mudah-mudahan engkau bisa mengambil faedah.



"Mulanya hanyalah perkenalan dan percakapan biasa lewat telepon. Seiring waktu berkembanglah pembicaraan sampai pada kisah cinta dan seluk-beluknya. Dia pun kemudian mengungkapkan cintanya dan berjanji akan meminang saya. Dia meminta agar bisa melihat wajah saya, terang saya menolaknya. Dia mengancam akan memutuskan hubungan. Akupun menyerah. Kukirimkan fotoku serta surat-surat yang begitu manis penuh rayu. Surat menyurat pun berlangsung selalu. Sampai akhirnya dia meminta untuk berjumpa dan jalan berdua dengannya. Aku menolak dengan keras. Tapi dia mengancam akan menyebarluaskan foto-foto saya serta surat-surat saya dan suara saya yang direkamnya ketika kami bercakap-cakap lewat telepon.



Akhirnya akupun keluar pergi bersamanya dengan tekad agar bisa pulang segera secepatnya. Ya, akupun pulang akan tetapi dengan mambawa aib dan kehinaan. Ku katakan padanya: Nikahilah aku! Sungguh ini adalah aib bagiku. Maka dia menjawab

dengan segenap penghinaan, ejekan dan mentertawakan: "Sesungguhnya aku tidak akan menikahi wanita pezina.



Saudariku yang mulia, jika engkau memang memiliki akal untuk berfikir maka dengarkanlah nasehat berikut ini:




Janganlah engkau percaya bahwa pernikahan akan mungkin terlaksana hanya karena perkenalan dan percakapan iseng lewat telepon. Kalaupun memang ini terjadi maka akan mengalami kegagalan, kegalauan dan penyesalan.



Janganlah engkau percayai seorang pemuda ketika dia mulai menampakkan kejujuran dan keikhlasannya dan menyatakan sangat menghargai dan menjunjung tinggi kehormatanmu tapi dia mengkhianati keluargamu dengan meneleponmu dan mengajakmu jalan bersama. Jangan kamu percayai dia ketika dia mulai

menyatakan cinta dan berlemah lembut dalam pembicaraannya. Sungguh dia melakukan semua itu dengan tujuan-tujuan busuknya yang tampak jelas bagi orang yang berakal. Akankah dia benar-benar menjunjung tinggi kehormatanmu sementara dia mengajakmu berjumpa dan jalan bersama padahal engkau belum

halal baginya?



Janganlah engkau percayai para penyeru emansipasi yang mengharuskan adanya cinta (pacaran) sebelum pernikahan.



Ketahuilah bahwa cinta yang hakiki adalah setelah menikah. Adapun selain itu, umumnya adalah cinta yang penuh kepalsuan. Cinta yang dibangun di atas dusta dan kebohongan, semata-mata untuk bersenang-senang memuaskan hawa nafsu yang tak lama kemudian akan tampaklah kenyataan yang sesungguhnya. Berapa banyak keluarga yang hancur berantakan padahal mereka telah

berpacaran sebelum akad pernikahan dan berjanji akan setia berkasih sayang sepanjang jaman? Bahkan berapa banyak pula pasangan yang berantakan sebelum sampai pada pelaminan dibarengi hilangnya kehormatan yang dibanggakan?




Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Nabi SAW bersabda: "Pada suatu malam aku bermimpi didatangi dua orang. Keduanya berkata kepadaku, Pergilah! -kemudian beliau menyebutkan haditsnya sampai pada sabdanya SAW -: "Kemudian kami mendatangi bangunan seperti tanur yang di dalamnya terdengar suara gaduh memekik. Kamipun melongoknya. Ternyata di dalamnya terdapat pria dan wanita telanjang yang disambar oleh lidah api dari bawah mereka. Ketika lidah api itu mengenai mereka, merekapun memekik kepanasan dan kesakitan. Ketika Nabi SAW menanyakan hal tersebut kepada malaikat, mereka menjawab: "Adapun pria dan wanita yang ada di tanur tersebut mereka adalah laki-laki dan wanita pezina. Maka apakah engkau ingin menjadi bagian dari mereka wahai saudariku muslimah?



Jauhilah bercakap-cakap tanpa keperluan di telepon karena sesungguhnya Allah merekamnya demikian juga syaithan dari jenis manusia pun merekamnya. Mereka para petualang cinta akan menggunakannya sebagai alat untuk mengintimidasi kalian agar kalian mau mendengar mereka dan mentaati mereka. Qiyaskan juga ke dalamnya chating yang tiada guna dan hanya membuang waktu semata.



Hati-hatilah, janganlah engkau foto dirimu kecuali karena suatu hajat dan janganlah terlalu mudah engkau sebarluaskan fotomu dengan segala bentuknya karena hal tersebut merupakan senjata yang paling berbahaya yang digunakan oleh serigala manusia sebagai alat untuk mengancam dan mengintimidasi kalian.



Jauhilah olehmu untuk menulis surat-surat cinta karena hal itu juga

merupakan sarana yang digunakan oleh mereka.



Hindarilah majalah-majalah dan kisah-kisah cinta yang rendah, hina penuh aib dan cela. Sungguh di dalamnya terdapat racun yang membinasakan yang tersembunyi di balik indahnya halaman yang warna-warni serta kertas yang halus mengkilap dan wangi.




Jauhilah menonton sinetron-sinetron dan film-film yang hina, yang hanya menonjolkan kemewahan serta gemerlapnya dunia, menyajikan kisah cinta dengan akting yang justru merendahkan martabat wanita. Jauhilah semua itu karena hanya akan merusak akhlak, kehormatan, serta rasa malumu.



Hati-hatilah, janganlah engkau pamerkan auratmu dan janganlah engkau terlalu sering ke luar rumah dan ke pasar-pasar tanpa ada keperluan mendesak yang menuntut untuk itu. Sungguh hal itu hanya akan menjerumuskanmu ke dalam murka Rabbmu.



Janganlah engkau pergi berduaan dengan sopir pribadimu, sungguh ini merupakan khalwat yang terlarang. Janganlah sekali-kali engkau membela diri dengan beralasan bahwa ini darurat. Bertakwalah, karena barang siapa yang bertakwa kepada Allah, akan dijadikan baginya jalan keluar dari segala permasalahannya.



Hati-hatilah engkau wahai saudariku dari teman yang jelek. Cari dan bergaullah dengan temanmu yang shalihah yang akan membimbingmu kepada keridlaan Rabbmu dan senantiasa mengingatkamu agar tidak terjatuh pada perkara yang akan mendatangkan murka Rabbmu.



Saudariku yang mulia,



Hati-hatilah dari segala kemaksiatan dan dosa karena hal tersebut merupakan sebab hilangnya nikmat, mendatangkan musibah, dan merupakan sebab datangnya kesengsaraan serta adzab yang membinasakan.




Persiapkanlah dirimu untuk menghadapi malaikat maut dengan banyak bertaubat dan beramal shalih, sungguh engkau tidak tahu kapan giliranmu akan tiba.



Saudariku,



Setelah engkau baca nasihat di atas maka ketahuilah bahwa pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja yang benar-benar ingin bertaubat. Allah berfirman: "Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas akan dirinya (berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesunggunya Allah mengampuni dosa seluruhnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar : 53)



Maka apabila engkau wahai saudariku telah tenggelam dalam suatu kemaksiatan dan dosa, segeralah bertaubat dengan taubatan nashuha sebelum pintu taubat tertutup dan sebelum tubuhmu ditimbun di dalam tanah. Dan pada saat itu tidaklah lagi berguna penyesalan.



Semoga Allah membangunkan kita dari kelalaian yang ada dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, menerima taubat kita, melindungi kita dari adzab qubur dan adzab neraka, serta memasukkan kita ke dalam surga Firdaus Al-A'la.



Shalawat serta salam senantisa tercurah kepada Nabi kita.




sumber IslamMuda.Com

Jika Belum Siap, Cintai Dia dalam DIAM!

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam ...

karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ...

kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..

karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..

karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ...

ingatkah kalian tentang kisah Fathimah Az-Zahra dan 'Ali bin Abi Thalib kw?

yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ...

tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah

karena dalam diammu tersimpan kekuatan ... kekuatan harapan ...

hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata ...

bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap pada-Nya?

dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ...

jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ...



Ditulis oleh: ukhtina Arytha Rusianty; melalui Isma Nur Fitria

Untukmu Muslimah

Bukankah engkau wahai saudariku, selalu menginginkan dan mencari kecantikan dan berusaha untuk menggapainya.

Bukankah engkau menginginkan Keindahan mata yakni agar warna putih di matamu yang benar-benar putih, dan warna hitamnya benar-benar hitam.

Bukankah Keindahan kulitmu terletak pada kejernihan dan putihnya, jernih bagaikan yaqut dan putih bagaikan marjan, bersinar bagaikan mutiara dalam kerang yang tidak pernah tersentuh tangan, bukan pada warna dan coraknya.

Keindahan tubuhmu terletak pada tersembunyinya, bukan terletak pada terbukanya.Keindahan usiamu terletak pada kedewasaannya, bukan kekanak-kanakan. Keindahan kesucianmu terletak pada penjagaannya, bukan pada keperawanannya yang terenggut. Keindahan cintamu terletak pada ketaatan yang sempurna, tidak ambisius terhadap selain yang engkau cintai, dan tidak ridha kecuali kepada suamimu. Bukan terletak pada jumlah yang dicintai.

Sinar kecantikan yang sebenarnya itu antara langit dan bumi ketika matahari terbit, bukan pada kecantikan yang dibuat-dibuat (imitasi) dan kemanjaan palsu. Buku ini merupakan sebuah petunjuk yang akan mengantarkan engkau wahai saudariku pada kecantikan yang sebenarnya dan abadi. Kecantikan yang akan menjaga dan menganugerahkan engkau, sebagai perempuan tercantik di dunia dan akhirat.

Asma binti Abu Bakar

Dia seorang wanita muhajir yang mulia dan tokoh yang besarkarena akal dan kemuliaan jiwa serta kemauannya yang kuat. Asma' dilahirkan tahun 27 sebelum Hijrah. Asma' 10 tahun lebih tua daripada saudaranya seayah, Aisyah, Ummul Mu'minin dan dia adalah saudara se- kandung dari Abdullah bin Abu Bakar.

Asma' mendapat gelar Dzatun nithaqain (si empunya dua ikatpinggang), karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya menjadi dua. Kemudian, yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah SAW, dan yang lain sebagai pembungkus qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar Ash- Shiddiq keluar menuju gua.

Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan "Dzaatun nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma' bertanya kepada puteranya itu, Abdullah bin Zubair :"Mereka mengolok-olokkan kamu ?" Abdullah menjawab :"Ya." Maka Asma' berkata :"Demi Allah, dia adalah benar."

Ketika Asma' menghadap Al-Hajjaj, dia berkata: "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatun nitha- qain ? Memang, aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah SAW." Asma' telah lama masuk Islam di Mekkah, sesudah 17 orang dan berbai'at kepada Nabi SAW, serta beriman kepadanya dengan iman yang kuat Pengamalan Islam Asma' yang Baik Pada suatu ketika, datang Qatilah binti Abdul Uzza kepada puterinya, Asma' binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, sedangkan Abu Bakar telah menalaknya di zaman jahiliyyah, membawa hadiah-hadiah berupa kismis, samin dan anting-anting. Namun Asma' menolak hadiah tersebut dan tidak mengizinkannya memasuki rumahnya. Kemudian dia memberitahu Aisyah :"Tanyakan kepada Rasulullah SAW ....?" Aisyah menjawab :"Bi- arlah dia memasuki rumahnya dan dia (Asma') boleh menerima hadiahnya."
Tindakan Asma' yang Baik

Abu Bakar r.a. membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000 atau 6.000 ketika Rasulullah SAW pergi hijrah. Kemudian kakeknya, Abu Quhafah datang kepada Asma' sedangkan dia seorang buta. Abu Quhafah berkata :"Demi Allah, sungguh aku lihat dia telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaiamana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya." Maka Asma' berkata kepadanya:"Sekali-kali tidak, wahai, Kakek! Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita."

Kemudian Asma' mengambil batu-batu dan meletakkanya di lubang angin, di mana ayahnya pernah meletakkan uang itu. Kemudian dia menutupinya dengan selembar baju. Setelah itu Asma' memegang tangannya (Abu Quhafah) dan berkata: "Letakkan tangan Anda di atas uang ini." Maka kakeknya mele- takkan tangannya di atasnya dan berkata :"Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia (berarti) telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian."

Sebenarnya Abu Bakar tidak meninggalkan se- suatu pun bagi keluarganya, tetapi Asma' ingin menenangkan hati orang tua itu. Az-Zubair ibnul Awwam menikah dengannya, sementara dia tidak mempunyai harta dan sahaya maupun lainnya, kecuali kuda. Maka Asma' memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Me- numbuk biji kurma untuk makanan kuda, memberinya air minum dan membuat adonan roti. Suatu ketika Az-Zubair bersikap keras terhadapnya, maka Asma' datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal itu.

Maka sang ayah pun berkata : "Wahai anakku, sabarlah! Sesungguhnya wanita itu apabila bersuami seorang yang sholeh, kemudian suaminya meninggal dunia, sedang isterinya tidak menikah lagi, maka keduanya akan berkumpul di surga." Asma' datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya :"Wahai, Rasulullah, aku tidak punya sesuatu di rumahku, kecuali apa yang diberikan oleh Az- Zubair kepadaku. Bolehkah aku memberikan dan menyedekahkan apa yang di- berikan kepadaku olehnya ?"

Maka Nabi SAW menjawab :"Berikanlah (berse- dekahlah) sesuai kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu." Maka Asma' adalah termasuk seorang wanita dermawan. Dari Abdullah bin Zubair r.a. dia berkata :"Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma'." Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengum- pulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul padanya, dia pun membagikannya. Sedangkan Asma', maka dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Asma' adalah seorang wanita yang dermawan dan pemurah. Dia tidak menyimpan sesuatu untuk hari esok. Pernah dia menderita sakit, lalu dia bebaskan semua hamba sahayanya.

Asma' ikut dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair, dan menunjukkan keberaniannya yang baik. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu diletakkannya di balik lengan bajunya. Kemudian ditanyakan kepadanya :"Apa yang kamu lakukan dengan membawa ini ?" Asma' menjawab :"Jika ada pencuri masuk kepadaku, maka aku tusuk perutnya."

Umar ibnul Khaththab r.a. memberi tunjangan untuk Asma' sebanyak 1000 dirham. Asma' meriwayatkan 58 hadits dari Nabi SAW; dan dalam suatu riwayat dikatakan : bahwa dia meriwayatkan 56 hadits [Al-Kazaruni, "Mathaali'ul Anwaar"]. Telah sepakat antara Bukhari dan Muslim atas 14 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri atas 4 hadits, sedangkan Muslim juga meriwayatkan sebanyak itu pula. [Al-Hafih Al-Maqdisi, Al-Kamaal fii Ma'rifatir Rijaal].

Dalam satu riwayat : Diceritakan bahwa Asma' meri- wayatkan 22 hadits dalam Shahihain. Sedangkan yang disepakati Bukhari dan Muslim 13 hadits. Bukhari meriwayatkan sendiri 5 hadits, sedangkan Muslim meriwayatkan 4 hadits. [Ibnul Jauzi, "Al-Mujtana"]
Asma' Sebagai Penyair dan Pemberani

Asma' adalah wanita penyair dan pemberani yang mempunyai logika dan bayan. Dia berkata mengenai suaminya, Az-Zubair, ketika dibunuh oleh Amru bin Jarmuz Al-Mujasyi'i di Wadi As-Siba' (5 mil dari Basrah) ketika kembali dari Perang Jamal : Ibnu Jarmuz mencurangi seorang pendekar dengan sengaja di waktu perang, sedang dia tidak lari Hai, Amru, kiranya kamu ingatkan dia tentu kamu mendapati dia bukan seorang yang bodoh, tidak kasar hati dan tangannya semoga ibumu menangisi, karena kamu bunuh seoranng Muslim dan kamu akan terima hukuman pembunuhan yang disengaj
Tekad Asma' yang Kuat, Kemuliaan Jiwa dan Keberaniannya

Kata-kata Asma' kepada puteranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang luhur itu. Suatu saat puteranya, Abdullah, datang menemui ibunya, Asma' yang buta dan sudah berusia 100 tahun. Dia berkata kepada ibunya :"Wahai, Ibu, bagaimana pendapat Anda mengenai orang yang telah meninggalkan aku, begitu juga keluargaku." Asma' berkata :"Jangan biarkan anak-anak kecil bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur mengenaimu dengan baik."

Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, Al-Hajjaj bersumpah untuk tidak menurunkannya dari tiang kayu hingga ibunya meminta keringanan baginya. Maka tinggallah dia di situ selama satu tahun. Kemudian ibunya lewat di bawahnya dan berkata : "Tidakkah tiba waktunya bagi orang ini untuk turun ?"

Diriwayatkan, bahwa Al-Hajjaj berkata kepada Asma' setelah Abdullah terbunuh :"Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap puteramu ?" Asma' menjawab :"Engkau telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu." Asma' wafat di Mekkah dalam usia 100 tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya masih sempurna. [Mashaadirut Tarjamah : Thabaqaat Ibnu Saad, Taarikh Thabari, Al-Ishaabah dan Siirah Ibnu Hisyam]. Penulis buku, Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi mencatat dialog yang terjadi antara Asma' dengan Abdullah, dalam sebuah kasidah yang di- anggap sebuah karya seni yang indah.

Dia berkata : Asma' di antara manusia adalah sebaik-baik wanita ia lakukan perbuatan terbaik di saat perpisahan datang kepadanya Ibnu Zubair menyeret baju besi di bawah baju besi berlumur darah Ia berkata : Wahai, Ibu, aku telah payah dengan urusanku antara penawanan yang pahit dan pembunuhan yang keji. Teman-teman dan zaman mengkhianatiku, maka aku tak punya teman selain pedangku kulihat bintangku yang tampak terang telah lenyap dariku dan tidak lagi naik.

Kaumku telah berupaya melindungiku, maka tak ada penolong selain itu jika aku menerimanya. Asma' menjawab dengan kelopak mata yang kering seakan-akan tidak ada tempat sebelumnya bagi air mata. Air mata itu berubah menjadi uap yang naik dari hatinya yang patah. Tidaklah diselamatkan kecuali kehidupan atau ia menjadi tulang-belulang seperti halnya batang pohon kematian di medan perang lebih baik bagimu daripada hidup hina dan tunduk jika orang-orang menelantarkanmu, maka sabar dan tabahlah, karena Allah tidak menelantarkan.

Matilah mulia, sebagaimana engkau hidup mulia dan hiduplah selalu dalam namamu yang mulia dan tinggi tiada di antara hidup dan mati kecuali menyerang di tengah pasukan itu. Kata-kata Asma' kepada puteranya ini akan tetap menjadi cahaya di atas jalan kehidupan yang mulia, yaitu ketika puteranya berkata : "Wahai, Ibu, aku takut jika pasukan Syam membunuhku, mereka akan memotong- motong tubuh dan menyalibku."

Asma' menjawab dengan perkataan yang kukuh seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan perkataan itulah yang menentukan akhir pertempuran : "Hai, Anakku, sesung- guhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila ia dikuliti." Al-Manfaluthi menyudahi kasidahnya dengan perkataan : Datang berita kematian kepada ibunya, maka ia pun mengeluarkan air matanya yang tertahan. Abdullah gugur sebagai syahid dan unggulan nilai-nilai yang tinggi dari ibu teladan. Kisah ini tercatat dalam lembaran-lembaran yang paling cemerlang dalam sejarah orang-orang yang kekal. Wallahu a'lam bishowab.




Sumber: "An-Nisaa' Haula Ar-Rasuul" (diterjemahkan menjadi "Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW") yang disusun oleh Muhammad Ibrahim Salim. Diketik oleh Hanies Ambarsari. Dicopy paste oleh Fathia Fajrianti.

WARNING !!! ----> "SYAHWAT LAWAN JENIS"

Oleh"Muhammad Yusuf Al Fatih Al Hafidzh

Belakangan ini saya banyak diskusi dengan teman tentang gejala "syahwat lawan jenis". teman saya termasuk seorang yang cukup "risahu" soal gejala-gejala tidak sehat mengenai perilaku hubungan antara ikhwan dan akhwat. "Jangan sampai menjadi perusak masa depan dakwah kita..!", demikian hujjah balighah yang kerap meluncur dari dirinya kepada saya. Dan ketika saya meresponnya dengan kalem, pressure pun muncul. "akh kan calon dewan syari'ah.akh tanggung jawab kalau nanti terjadi apa-apa pada dakwah ini ?!!"

Sesaat saya akan menulis kolom ini, temani saya baru melontarkan serangan barunya,akh denger nih.. Gue dapet berita shahih kalau ada Mas’ul dakwah kampus pacarin 11 akhwat, dan 4 diantaranya ternyata hamil?!! " Saya mencoba merespon dengan santai - karena sedang mikir tema apa yang harus ditulis - dengan mengatakan agar berita itu ditabayyun (cros check) dulu. Tetapi justru saya disergah : "Ya tugas akh dong yang harus men-tabayyun ! Abi kan punya akses dan kewenangan !". Saya mencoba mulai menulis. Tetapi belum lagi ketemu tema tulisan, saya dibombardir oleh pertanyaan lain :"akh emang bener ustadz Fulan nikah lagi, dan sebelumnya pake pacaran segala?"

Alhasil, tanpa diniatkan sebelumnya akhirnya saya menulis tema ini. Kebetulan sehari sebelumnya saya mendapatkan short massage service (sms) dari seorang akh yang mengomentari tulisan saya berjudul "Intaraksi ikhwan wa akhwat". Komentarnya berterima kasih atas tulisan tersebut, karena memang itulah fenomena yang terjadi di lapangan. Pikir saya, biarlah sekalian menulis tema yang lebih "serem" sebagai tadzkirah. Fadzakir inna adz-adzikara tanfa’ul mu’minin!.

Pertama, saya mencoba merenungi kembali dasar masalah "syahwat lawan jenis". Nabi Adam as diciptakan Allah SWT sebagai manusia pertama dan satu-satunya pada saat itu. Beliau ditempatkan di dalam syurga yang penuh kenikmatan tak terhingga. Tetapi apa yang terjadi ? Nabi Adam merasa "kurang nikmat" menikmati kenikmatan syurga seorang diri. Ia menginginkan seorang wanita. Lalu apa yang terjadi ? Nabi Adam dan istrinya tertipu oleh syaitan sehingga melanggar prinsip-prinsip “syahwat lawan jenis” yang diatur oleh Allah SWT. Perhatikan firman Allah : "Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syetan sebagaimana halnya dia (syeitan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari syurga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya"(QS. Al A'raaf:27).

Nabi Adam dan istrinya merintis kehidupan baru komunitas manusia di muka bumi dengan berbekal ampunan dan hidayah Allah SWT. Tetapi apa yang kemudian dicatat oleh sejarah? Kejahatan pertama di muka bumi adalah perebutan dua orang laki-laki terhadap seorang wanita, dan berakhir dengn aksi pembunuhan. "Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya (Habil) , kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka terjadilah dia termasuk orang yang merugi" (QS. Al-Maidah : 30).

Lalu sejarah umat dan bangsa-bangsa menunjukkan bagaimana kehancuran di banyak peradaban mereka justru karena "syahwat lawan jenis" . Rasulullah SAW pernah berpesan : "Sesungguhnya dunia ini manis dan menyegarkan? Maka takutlah kepada wanita, karena cobaan yang pertama terhadap Bani Israil ialah karena wanita." (Al Jami’ Ash-Shagir, 2/179).

Jadi dasar dari semua masalah ini adalah dahsyatnya dorongan dan pengaruh yang muncul dari "syahwat lawan jenis", yang tidak ada seorang manusia pun bisa membebaskan diri darinya. Bahkan seperti yang diungkapkan Rasulullah, ia manis dan menyegarkan. Atau seperti ungkapan Allah, ia dipandang indah dan menyenangkan. "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadaap syahwat berupa wanita"(QS Ali Imran :14)

Allah tentu saja menjadikan "syahwat lawan jenis" sebagai unsur kekuatan manusia dalam membangun kehidupan dan peradabannya. Dengan syahwat inilah, manusia menyuburkan nilai rasa, emosi, kasih dan cinta agar kehidupan dunia "manis dan menyegarkan" . Dengan syahwat ini, manusia memiliki dorongan untuk "hidup bersama" dalam ikatan perkawinan dan keluarga agar leluasa mengekspresikan luapan rasa, emosi, kasih dan cintanya sampai dalam bentuk hubungan seksual. Dengan syahwat inilah, keluarga-keluarga menghasilkan anak-keturunannya untuk menyempurnakan kesenangan, kebahagiaan, dan kebanggaan. Dengan syahwat ini pula, manusia membangun norma, etika, adat, estetika dan syari?at yang mampu memelihara dan mengkokohkan unsur kekuatan yang sangat mendasar sifatnya ini, tanpa menyebabkan kerusakan dari kerusakan dan kehancuran tata kehidupan sosialnya.

Kita adalah umat dakwah. Sekumpulan orang yang mengemban misi untuk mengajak dan membimbing manusia kepada kehidupan yang baik. Agar mereka bisa mengelola syahwat lawan jenisnya secara benar dan baik, sehingga kebaikan dan keberlangsungan peradabannya bisa terjaga. Kita mendakwahi mereka kepada syari?at yang membimbing syahwat lawan jenis secara benar. Tentu saja bukan sekedar dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan amal. Bahwa kader-kader dakwah - yang semoga dipelihara Allah SWT - secara konsisten berkomitmen menjalankan syari?at ini. Dan manusia menyaksikan kebenaran syari?at bukan dari kata-kata kita, tetapi dari apa yang kita amalkan. Apa yang perlu menjadi perhatian dan keprihatinan kita saat ini Saya sebutkan saja satu per satu berbagai gejala yang saya dengar dan saya lihat sendiri.

(1) Adab ikhwan dan akhwat mulai bergeser ke arah yang membuka celah syahwat lawan jenis. Berbicara tatap-muka dengan jarak yang dekat dan sering bertatapan mata, misalnya. Atau komunikasi lewat telpon dengan irama suara yang membuat seorang ikhwan ?menikmati? suara akhwat lawan bicaranya.

(2) Keterdesakan atau keterpaksaaan yang menggiring kepada suatu yang "tidak boleh terjadi !". Misalnya akhwat "terpaksa" dibonceng motor oleh ikhwan gara-gara rapat baru selesai malam hari, dan jalan menuju halte bus atau rumahnya cukup jauh serta "tidak aman". Atau rapat dalam satu ruangan yang "sempit" sehingga ikhwan dan akhwat duduk berdampingan tanpa jarak yang aman atau tanpa hijab. Dalam forum-forum seperti ini, akhwat tidak membiasakan diri bicara dengan tegas dan lugas. Ingat suara wanita adalah aurat!

(3) Bergesernya mode pakaian akhwat yang “mengundang” pandangan syahwat kaum ikhwan. Mulai dari jilbab yang "kependekan" sehingga tidak menutup dadanya dengan sempurna atau bila tertiup angin bisa menampakan bagian leher dan rambut belakangnya. Lalu bahan pakaian yang "lebih tipis" dan pilihan warna yang "flamboyan". Atau menggunalkan sepatu berhak "cukup tinggi", sehingga mengundang perhatian pada langkah dan pinggul belakang akhwat.

(4) Bergesernya nilai seni Islam dari senandung jihad dan iman kepada senandung hiburan semata. Lalu mulai muncul akhwat-akhwat yang menggemari "munsyid" (penyanyi) daripada "nasyid"-nya.

(5) Keterbukaan pergaulan dakwah antara ikhwan dan akhwat menggiring prefensi memilih jodoh kepada apa yang menarik dari "pandangan mata" dan bukan menarik dari "pandangan dakwah". Akibarnya, semangat mencari jodoh sendiri begitu menggebu, dan murabbi tinggal menunggu konfirmasi.

(6) Konsultasi dakwah masalah pribadi atau rumah tangga yang kemudian berbuah simpati sampai jatuh

hati. Tidak sedikit seorang da’i yang berawal dari semangat dakwah terhadap lawan jenis justru berubah arah menjadi ajang "perselingkuhan" baru. Alih-alih membantu menyelesaikan masalah malah menambah masalah. Ada satu dua ustadz yang menikah (lagi) dengan "wanita" yang semula menjadi "pasien" dakwahnya. Rupanya ustadz ikut ketularan penyakit pasiennya.

(7) Semangat menikah (lagi) melalui prosedur resmi, tetapi dimulai dengan hubungan "ala pacaran" Dalihnya sederhana, "wanita calon istri" kan harus dikenalkan dulu dengan istri pertama dan anak-anaknya.

(8) Ketidakmampuan membina kehidupan suami-istri yang selalu “menggairahkan” beralih kepada semangat “mencari yang baru”. Sebagai sebab dari ketidakmampuan ini adalah qillatul-ilmi (sedikit ilmu) tetang seni berumah tangga dan seni mengolah cinta.

(9) Sebagian kecil ikhwan mulai memasuki usia 40, dan katanya ini fase "recycling" dengan dalih "life started at fourty" hidup dimulai dari usia 40 tahun. Aktualisasinya adalah muncul ?kegenitan? jilid kedua.

(10) Masih ada lagi, tetapi saya cukupkan saja dulu. Mari merenung!!