Syarah Kutipan Berharga

Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata : “Siapa mengamalkan tauhid dan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya, maka dia itu muslim kapan saja dan dimana saja. Dan yang kami kafirkan hanyalah :
1. Orang yang menyekutukan Allah dalam uluhiyyah-Nya setelah kami menjelaskan kepadanya hukkah akan bathilnya syirik.
2. Dan begitu juga kami kafirkan orang yang memperindah syirik itu dihadapan manusia.
3. Atau orang yang menegakkan syubuhat-syubuhat yang bathil untuk membolehkannya.
4. Dan begitu juga orang-orang yang melindungi tempat-tempat kemusyrikan ini semuanya, dan memerangi orang-orang yang mengingkari tempat-tempat itu dan berupaya menghancurkannya.”
Perkataan Syaikh ini dikutip juga oleh Syaikh Abdullathif Ibnu Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah dalam Mishbah Adh Dhalam Fi Man Kadzaba ‘Alasy Syaikh Al Imam hal 104.
Perkataan mutiara yang beliau lontarkan ini mengandung dua sisi :
1. siapa muslim itu ?
2. Siapa orang musyrik yang beliau kafirkan ?


Siapa orang musyrik itu ?

Syaikh mengatakan : “Yang mengamalkan tauhid dan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya”. Definisi ini berdasarkan Al Kitab, As Sunnah, dan Ijma para ulama, serta ulama-ulama sebelum beliau.

A. Dalil dari Al Kitab
            
“…Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…” (QS. Al Baqarah [2] : 256)
Buhul tali yang yang sangat kokoh adalah Al Islam atau Laa ilaaha illallaah…
Mengamalkan tauhid adalah makna beriman kepada Allah, sedangkan berlepas diri dari syirik dan para pelakunya adalah makna kufur kepada thaghut. Dan semua ini adalah makna Laa ilaaha illallaah.
Telah saya jelaskan makna kufur kepada thaghut, makna iman kepada Allah, serta thaghut-thaghut itu dalam risalah yang lalu, silahkan rujuk kembali.
Orang yang mengaku beriman kepada Allah, dia shalat, zakat, serta melakukan amal shaleh lainnya, namun dia belum menanggalkan seluruh bentuk syirik akbar seperti : tumbal, sesajen, minta kepada yang sudah mati, ikut dalam sistem demokrasi, mejadipelaksana hukum buatan manusia, mendukung nasionalisme dan Pancasila, maka dia belum kufur kepada thaghut. Berarti bukan orang Islam.
Apalah artinya amal ibadah jika pelakunya tidak kufur kepada thaghut, bahkan tidak mengetahui thaghut dan justru menjadi pelindung thaghut ? dan apa gerangan dengan thaghutnya itu sendiri…?
Dalam ayat di atas Allah mendahulukan kufur kepada thaghut atas iman kepada Allah, ini supaya tidak ada orang yang mengatakan : “Kamu beriman kepada Allah, jadi kami mukmin”. Padahal dia tidak atau belum kufur kepada thaghut.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang inti dakwah para rasul :
    •         •    •             
“Dan sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu…”. (QS. An Nahl [16] : 36)
Ibadah kepada Allah artinya mengamalkan tauhid, sedangkan menjauhi thaghut artinya berlepas diri dari syirik dan para pelakunya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang isi tugas semua Rasul :
               
“Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al Anbiya [21] : 25)
Laa ilaaha illallaah terdiri dari dua makna, Laa ilaaha artinya berlepas diri dari syirik danpara pelakunya, sedangkan illallaah artinya mengamalkan tauhid.
Jadi, sekedar ibadah kepada Allah tapi dia tidak bara’ (berlepas diri) dari syirik danpara pelakunya maka dia bukan muslim, meskipun mengaku Islam dan rajin beribadah, seperti ‘Ubadul Qubur, para Demokrat, orang-orang Nasionalis, Pancasilais, dan para aparat keamanan negara bersistemkan thaghut Demokrasi.

B. Dalil dari As Sunnah
Beliau shalallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim lewat jalur Abu Hurairah radliyallahu 'anhu :
“Siapa yang mengatakan Laa ilaaha illallaah dan dia kufur kepada setiap yang diibadati selain Allah, maka haramlah darah dan hartanya, sedangkan perhitungannya atas Allah Subhanahu Wa Ta'ala”
Dalam penjelasan di atas sudah dijelaskan bahwa Laa ilaaha artinya kufur kepada thaghut (berlepas diri dari syirik dan para pelakunya), sedangkan illallaah adalah mengamalkan tauhid (ibadah hanya kepada Allah), namun dalam hadits ini Rasulullah ingin menguatkan pentingnya kufur kepada thaghut dengan perkataan “…dan dia kufur kepada setiap yang diibadati selain Allah…”. Bila dua hal terealisasi, maka orang baru disebut muslim yang haram darah dan hartanya, namun bila tidak terealisasi salah satunya maka yang siap adalah pedang tauhid.
Para imam dakwah tauhid mengatakan saat menjelaskan hadits ini : “Maka darah dan harta seorang hamba tidak terjaga sehingga dia mendatangkan dua hal ini”, terus saat menjelaskan makna yang pertama : “Maksudnya adalah memurnikan seluruh ibadah hanya kepada Allah”, dan untuk makna yang kedua : “Maksudnya adalah mengkafirkan para pelaku syirik dan berlepas diri dari mereka dan dari apa yang mereka ibadati bersama Allah”. [Ad Durar As Saniyah : 9/291]
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadati selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah,
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, kemudian bila mereka melakukan hal itu maka mereka telah menjaga darah dan harta mereka dari aku, kecuali dengan hak Islam sedangkan perhitungan mereka adalah atas Allah Subhanahu Wa Ta'ala”
[HR. Bukhariy dan Muslim]
Dan hadits-hadits yang lainnya yang semakna dengannya…

C. Dari Ijma Para Ulama
Syaikh Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata : “Para ulama telah ijma, baik salaf maupun khalaf dari kalangan para iman dan seluruh Alhlus Sunnah, bahwa orang tidak menjadi muslim kecuali dengan cara membersihkan diri dari syirik akbar, bara’ darinya dan dari para pelakunya, membencinya dan memusuhinya sesuai dengan kemamampuan dan kekuatan, serta memurnikan amalan seluruhnya hanya kepada Allah” [Ad Durar As Saniyah : 1/545]
Syaikh Sulaiman Ibnu Abdillah rahimahullah berkata : “Dan sekedar mengucapkannya (Laa ilaaha illallaah) tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengetahui tuntutannya berupa komitmen dengan tauhid, berlepas diri dari syirik serta kufur kepada thaghut, maka sesungguhnya hal itu tidak bermanfaat berdasarkan ijma” [Taisir Al ‘Aziz At Tahmid]
Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata : “Setiap orang yang meyakini dengan hatinya dengan keyakinan yang pasti dan mengucapkan dengan lisannya Laa ilaaha illallaah wa ana Muhammadn Raulullah, maka dia itu muslim lagi mukmin, tidak ada atasnya selain itu” [Al Fashl : 4/35, lihat Juz Ashli Dienil Islam]
Para hakim, jaksa, pengacara, aparat penegak hukum buatan, mereka itu tidak berlepas diri dari selain dien Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, karena hukum adalah dien sebagaimana yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala firmankan :
       
“…tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja…” (QS. Yusuf [12] : 76)
Al ‘Alamah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Islam adalah mentauhidkan Allah, inadah kepadanya saja tidak ada sekutu baginya, iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengikuti beliau dalam apa yang beliau bawa. Bila seorang hamba tidak membawa hal ini maka dia bukan muslim, apabila dia bukan kafir mu’anid (membangkang) maka dia adalah kafir jahil (bodoh). Status thabaqah orang-orang macam ini adalah orang-orang kafir yang jahil lagi mu’anid, sedangkan ketidak membangkangan mereka tidak mengeluarkan status mereka sebagai orang-orang kafir” [Thariq Al Hijratain, Tahabaqah ke 17]
Orang yang berbuat syirik, dia itu tidak mentauhidkan Allah, maka dia bukan muslim, orang yang berbuat atau membuat tumbal dan sesajen bukan oranng muslim. Pengacara juga ikut memutuskan dengan hukum thaghut maka dia bukan muslim.
Orang yang berbuat syirik bukanlah muslim, tetapi dia adalah musyrik kalau belum tegak hujjah risaliyyah, dan kalau sudah tegak hujjah, maka dia adalah musyrik kafir. Sedangkan kalau sebelumnya dia adalah muwahhid maka dia adalah musyrik kafir murtad.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “DalamIslam itu harus ada istislam (penyerahan diri) kepada Allah saja dan meninggalkan istislam kepada yang selain-Nya. Dan inilah hakikat ucapan Laa ilaaha illallaah, siapa yang berserah diri kepada Allah dan kepada yang lainnya maka dia musyrik, sedangkan Allah tidak mengampuni penyekutuan terhadap-Nya, dan siapa yang tidak istislam kepada Allah maka dia itu orang yang menyombongkan diri dari ibadah kepada-Nya, sedangnkan Allah mengatakan : “Sesungguhnya orang-orang yang menuombongkan diri dari ibadah kepada-Ku, maka mereka akan masuk Jahannam dalam keadaan hina” [Al Qaul Al Fashl An Nafis : 160]
Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah mengatakan : “Islam adalah komitmen dengan tauhid, bara’ (berlepas diri) dari syirik, bersaksi akan kerasulan beliau shalallahu 'alaihi wasallam serta mendatangkan rukun yang empat lainnya” [Mishbah Adh Dhalam : 228]
Ini adalah penjelasan tentang siapakah orang muslim itu dari ungkapan Syaikh Islam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah…
Dan sebelum menginjak pada bahasan selanjutnya, ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin saya sampaikan :
 Apakah yang meminta kepada yang sudah mati itu bara’ dari syirik ?
 Apaka orang yang membuat tumbal itu bara’ dari syirik ?
 Apakah yang membuat sesajen itu bara’ dari syirik ?
 Apakah para pendukung demokrasi itu bara’ dari syirik ?
 Apakah anggota parlemen itu muwahhid (orang yang bertauhid) ?
 Apakah para pelaksana hukum buatan itu bara’ dari tahghut ?
 Apakah para pelindung sistem syirik itu bara’ dari thaghut ?
 Apakah para pendukung falsafah syirik itu kufur kepada thaghut ?
 Apakah orang-orang yang berjanji setia kepada sistem, falsafah,dan negara kafir itu kufur kepada thaghut ?
 Apakah orang yang mengajarkan meteri falsafah syirik itu kufur kepada thaghut ?
 Apakah siswa atau mahasiswa yang menyetujui atau memuji atau menyanjung falsafah syirik dalam lembaran kertas supaya mendapatkan nilai cukup dalam mata pelajaran falsafah syirik itu kufur kepada thaghut ?
Silahkan anda jabab sendiri…!

Orang Yang Dikafirkan Karena Syirik Akbar
Orang yang pertama sebagaimana ungkapan Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab :
“Orang yang menyekutukan Allah dalam uluhiyyah-Nya setelah kami jelaskan kepadanya hujjah
akan bathilnya syirik”
Telah saya paparkan dalam risalah sebelumnya (Takfir Pelaku Sirik Akbar) dalil-dalil dari Al Qur'an, As Sunnah dan Ijma, juga perkataan para ulama tentang keharusan mengkafirkan pelaku syirik akbar, silahkan rujuk padanya…
Dan tentang pengkafiran setelah tegak hujjah risaliyyah, sudah saya kupas juga dalam risalah yang lalu (Siapa Orang Musyrik Itu ?), yang mana maksudnya kalau hujjah risaliyyah belum tegak karena alasan fatrah umpamanya, pelaku syirik akbar belum dikatakan musyrik kafir tapi namanya musyrik bukan muslim.
Adapun penegakan hujjah itu bukan artinya itu bukan artinya dia diberikan penjelasan satu per satu, namun bentuk penegakan hujjah dan tegaknya hujjah itu bermacam-macam, silahkan rujuk risalah Al Haqaiqut Tauhid karya Syaikh Ali Al Khudlair dan risalah Faman Yakfur Bith Thaghut (Al ‘Urwah Al Wutsqa) milik penulis (Al Faqir).
Orang yang kedua adalah : Orang yang menghiasi syirik dihadapan manusia
Orang macam ini adalah thaghut, karena dengan penghiasannya itu berarti dia menyesatkan orang lain dan mengajaknya kepada lemusyrikan. Seperti orang yang mengatakan bahwa meminta kepada para wali yang sudah mati itu adalah bentuk pengagungan terhadap mereka, juga orang yang mengatakan bahwa Pancasila itu hebat karena bisa melindungi semua agama, para jurkam (juru kampanye) partai-partai yang masuk dalam sistem demokrasi, orang yang menyatakan bahwa masuk menjadi anggota legislathif itu adalah bagian dari jihad, dan lain sebagaianya.
Orang yang ketiga adalah orang yang menegakkan syubuhat-syubuhat yang bathil dalam rangka membolehkannya
Ini adalah thaghut, karena dengan perbuatannya itu mengajak orang berbuat syirik seperti orang yang membolehkan meminta kepada kepada yang sudah mati dengan dalil-dalil yang samar atau dengan hadits palsu, seperti ungkapan sebagian mereka yang dinisbatkan kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam : “Bila kalian mengalami kesulitan, maka cepatlah minta tolong kepada yang sudah dikubur”, juga seperti sabda Ralulullah yang disalahartikan : “Siapa yang memintakan wasilah buatku (kepada Allah) maka dia pasti dapat syafa’atku di hari kiamat” mereka artikan : “siapa yang meminta wasilah (perantara) kepadaku maka dia pasti dapat syafa’atku di hari kiamat”.
Seperti orang yang membolehkan syirik demokrasi dengan alasan syura dan syubuhat-syubuhat lainnya. Orang yang masuk dalam sistem demokrasi memiliki tujuan perbaikan dalam hal-hal parsial, namun mereka melupakan tujuan pokok, yaitu tauhid.

Orang yang keempat adalah : Orang-orang yang melindungi tempat-tempat kemusyrikan ini semuanya
dan memerangi orang yang mengingkarinya dan berupaya memusnahkannya
Seperti juru kunci kuburan-kuburan yang dikeramatkan dan laskar yang membelanya. Pada masa sekarang seperti para penguasa thaghut yang melindungi falsafah dan sistem syirik dengan undang-undang mereka yang siap menjerat setiap muwahhid yang merongrongnya.
Mereka juga membuat peraturan-peraturan dalam rangka melestarika tempat-tempat syirik dan budaya syirik, ini semua dilakukan demi menarik wisatawan.
Juga para aparat keamanan yang siap melindungi falsafah, sistem, negara serta undang-undang kafir, sungguh mereka adalah wali-wali syaitan, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :
                 •     
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (QS. An Nisa [4] : 76)
Ikhwan-ikhwan tauhid, ini yang bisa saya jelaskan… mudah mudahan kita bisa mengamalkannya. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi kita, keluarga, dan para shahabat.

16 Rabi’ Al Awwal 1425 H. /Jum’at, 7 Mei 2004
Polda Metro Jaya Jakarta
Al Faqir ilallah


Abu Sulaiman Aman Aburrahman





















Siapa orang musyrik itu ?


Ikhwani fillah…
Materi kali ini adalah tentang nama musyrik, siapa yang disebut orang musyrik itu ? Kapan seseorang dikatakan musyrik ? Apakah ada kaitannya antara nama musyrik dengan tegaknya hujjah ? Apakah pelaku syirik akbar yang jahil di sebut musyrik juga ?
Mari kita mengkajinya dengan berlandaskan keterangan dari Al Qur’an, As Sunnah, serta Ijma dan pernyataan para ulama dakwah tauhid.
Sebelumnya ana mohon maaf kalau banyak kekurangan, karena yang dituangkan murni dari apa yang ada di kepala ini, dengan memohon pertolongan Allah, saya katakan :
Syirik adalah lawan tauhid, tidak ada tauhid bila syirik ada pada diri seseorang. Orang yang berbuat syirik akbar dengan sengaja tanpa ada unsur paksaan, maka dia itu musyrik, baik laki-laki atau perempuan, baik yang mengaku beragama Islam atau tidak. Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut ini :

I. Dari Al Qur’an

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
         
“Dan bila ada satu orang dari kalangan orang-orang musyrik meminta perlindungan kepadamu, maka berilah dia perlindungan sampai dia mendengar firman Allah” (QS. At Taubah [9] : 6)
Dalam ayat ini Allah namakan pelaku syirik sebagai orang musyrik, meskipun dia belum mendengar firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka apa gerangan dengan para pelaku syirik yang telah mendengar firman Allah ? Al Qur’an dia baca, terjemahannya dia miliki dirumahnya…?!
Bila ada yang mengatakan : “Ayat itu berkenaan dengan para penyembah berhala, tapi kenapa kamu terapkan kepada orang yang mengaku Islam, dia shalat, zakat, shaum, haji, dsb, hanya karena melakukan syirik akbar ?”
Jawabannya : Silahkan kalian rujuk kitab Kasyfu Syubuhat karya Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah, supaya kalian lebih puas.

2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
  •         
“Tidak selayaknya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampunan buat kaum musyrikin, meskipun mereka itu kerabat dekat” (QS. At Taubah [9] : 113)
Ayat ini berkenaan dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, saat meminta izin kepada Allah untuk memintakan ampunan buat ibunya yang meninggal sebelum beliau diutus dan meninggal di atas ajaran kaumnya yang syirik, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjajarkan ibunya dalam golongan kaum musyrikin, padahal waktu itu belum ada dakwah dan hujjah risaliyyah lagi mereka bodoh. Maka apa gerangan dengan pelaku syirik akbar yang mengaku Islam, padahal hujjah ada di sekeliling mereka dan Al Qur’an mereka baca dan mereka hapalkan.
Kalau ada yang berkata : “Orang yang mengaku Islam tapi berbuat syirik karena kebodohannya, dia beribadah dengan rajin kepada Allah, akan tetapi juga kamu katakan musyrik ?”
Jawabannya :
Didalam Al Qur’an dan As Sunnah yang diperintahkan itu bukan beribadah kepada Allah, tetapi beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan syirik, yaitu memurnikan segala ketundukan hanya kepada-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
      
“Dan beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan menyekutukan sesuatupun dengan-Nya” (QS. An Nisa [4] : 36)
Saya bertanya : Apakah “meminta” kepada yang sudah meniggal itu menyekutukan Allah atau tidak ? Apaka yang ikut dalam sistem demokrasi itu menyekutukan Allah atau tidak ? Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
            •     
“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh dien (ketundukan) hanya kepada-Nya lagi mereka itu hanif dan menjalankan agama dengan lurus” (QS. Al Bayyinah [98] : 5)
Saya bertanya : Apakah orang yang menyandarkan hak hukum kepada rakyat atau wakil-wakilnya itu telah memurnikan dien seluruhnya kepada Allah, atau sebaliknya, padahal hukum itu adalah dien. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
              
“…Hak hukum (putusan) hanyalah milik Allah, Dia memerintahkan agar kalian tidak beribadah kecuali hanya kepada-Nya, itulah dien yang lurus…” (QS. Yusuf [12] : 40)
juga dalam ayat lain :
       
“Dia Yusuf tidak mungkin membawa saudaranya pada dien (undang-undang/hukum) Raja itu” (QS. Yusuf [12] : 76)
Orang yang di samping beribadah kepada Allah, juga dia beribadah kepada yang lainnya, maka sesungguhnya dia itu tidak dianggap beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya :
        
“Katalkanlah; Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati” (QS. Al Kafirun [109] : 1-2)
Dalam ayat ini, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam diperintahkan untuk mengatakan bahwa “Wahai orang-orang kafir Quraisy, saya tidak akan beribadah kepada tuhan-tuhan yang kalian ibadati”, padahal di antara tuhan yang mereka ibadati itu adalah Allah, berarti Rasulullah tidak akan beribadah kepada Allah juga ? Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa peribadatan mereka kepada Allah itu tidak dianggap karena mereka ibadah kepada yang lainnya.
Jadi penafian syirik adalah syarat dalam ibadah kepada Allah, makanya Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa : “Islam adalah mentauhidkan Allah, dan beribadah kepada-Nya saja, tidak ada sekutu baginya…” [Thariq Al Hijratain, thabaqah yang ke 17]

3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
                        
“Mereka (orang-orang Nashrani) telah menjadikan para ulama dan para rahib (ahli ibadah) mereka sebagai arbab-arbab selain Allah dan juga Al Masih Ibnu Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada ilah yang satu, tidak ada ilah (yang berhak diibadati) kecuali Dia, Maha suci Dia dari apa yang mereka persekutukan” (QS. At Taubah [9] : 31)
Dalam ayat ini Allah memvonis orang-orang Nashrani sebagai orang-orang musyrik, padahal mereka tidak mengetahui bahwa sikap mereka mengikuti ulama dan rahib mereka dalam aturan yang bertentangan dengan aturan Allah itu adalah bentuk peribadahan kepada para ulama dan rahib itu, sebagaimana yang Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam jelaskan dalam hadits ‘Adiy Ibnu Hatim radliyallahu 'anhu. Maka begitu juga para pejabat dan aparatur keamanan di negeri demokrasi, yang mana mereka itu dengan sigap berkomitmen dengan undang-undang yang digulirkan oleh thaghut-thaghut mereka.
Keterangan yang tadi saya sebutkan tentang ayat ini, telah dikatakan oleh Al ‘alamah Abdullah Ibnu Abdurrahman Aba Bhutahain dalam Risalah Al Intishar Li Hizhbillah Al Muwahhidin, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
                   
“Orang-orang yang kafir dari kalangan ahlul kitab dan kaum musyrikin tidak pecah sehingga datang kepada mereka bayyinah, yaitu utusan dari Allah, yang membaca lembaran-lembaran yang disucikan” (QS. Al Bayyinah [98] : 1-2)
Karena mereka berbuat syirik, maka mereka dinamakan kaum musyrikin meskipun Rasul belum datang kepada mereka. Maka apa gerangan dengan pelaku syirik masa sekarang, Rasul telah datang, Al Qur’an ada di rumah mereka, bahkan sebahagian mereka mengaku sebagai ulama dan ahli Islam ? tidak diragukan lagi mereka itu adalah kaum musyrikin, baik dia ustadz, kiyai, ulama atau cendikiawan, atau orang umum, karena syirik dan status musyrik itu tidak mengenal status seseorang.
Al Imam Su’ud Ibnu Abdul ‘Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud rahimahullah berkata : “Siapa yang memalingkan satu macam dari (ibadah) itu kepada selain Allah, maka dia itu musyrik, baik dia itu ahli ibadah atau orang fasiq, dan sama saja tujuannya baik atau buruk” [Ad Durar As Saniyyah : 9/270]
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata kepada hakim Riyadh yang bernama Sulaiman Ibnu Suhaim : “…tapi kamu adalah laki-laki yang bodoh lagi musrik” [lihat Risalah kepadanya dalam Tarikh Nejed].
Sebenarnya masih banyak ayat-ayat yang memvonis para pelaku syirik akbar sebagai orang musyrik yang mana hujjah risaliyyah belum tegak. Namun banyak orang saat membaca ayat-ayat tentang kaum musyrikin, mereka hanya menafsirkan dengan orang-orang musyrik Arab dan jarang yang menafsirkannya seraya menghubungkan dengan realita masyarakat disekelilingnya, sehingga menjadikan banyak yang terjatuh dalam kemusyrikan tanpa disadari…
Umar Ibnu Al Khaththab radliyallahu 'anhu berkata : “Orang-orang itu telah lalu, dan tidak dimaksud dengan dalil itu keluali kalian”, dan beliau juga berkata : “Ikatan-ikatan Islam ini akan lepas satu demi satu bila tumbuh di dalam Islam ini orang-orang yang tidak mengenal jahiliyyah”

II. Dari As Sunnah

 Pernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang ayahnya yang meninggal di zaman fatrah (zaman tidak ada dakwah) yang mana dia meninggal di atas ajaran syirik, maka Rasul menjawab : “Bapakmu di neraka”. Mendengar jawaban tersebut, si laki-laki itu mukanya langsung merah dan ketika berpaling, Rasul memanggilnya dan mengatakan : “Bapakku dan bapakmu di neraka”. [HR. Muslim].
Ayah Rasulullah, Abdullah meninggal di zaman jahiliyyah, tidak ada dakwah dan tidak ada hujjah risaliyyah, meninggal di atas ajaran syirik kaumnya. Rasulullah bukan hanya menetapkan status nama hukum dunia, tapi langsung hukum pasti di akhirat berupa api murka.
Dari hadits ini Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa orang yang berbuat syirik akbar, baik itu zaman fatrah atau bukan, baik ada dakwah atau tidak maka dia itu calon penghuni neraka.
Sebagian ulama lain sepakat dengan penamaan status musyrik di dunia, namun masalah akhirat adalah lain, apa gerangan dengan para pelaku syirik zaman sekarang di mana Rasul sudah diutus, dakwah juga ada, hujjah beraneka ragam bentuknya, dan Al Qur’an dilantunkan di mesjid-mesjid, sungguh… mereka itu adalah orang musyrik, bukan kaum muslimin. Di antara mereka ada yang meminta ke kuburan keramat, di antara mereka ada yang membuat tumbal, ada yang membuat sesajian, dan ada pula yang menyandarkan wewenang hukum kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan mereka adalah kaum musyrikin tanpa diragukan lagi.
 Ada rombongan dari Banu Al Muntafiq, mereka bertanya tentang ayah mereka yang meninggal di zaman fatrah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa dia itu di neraka, kemudian beliau mengatakan : “Demi Allah, kamu tidak melewati satu kuburan pun dari orang Amiri atau Quraisy dari kalangan orang musyrik, maka katakan : (Saya di utus kepada kalian oleh Muhammad untuk memberi kabar bahwa kalian digusur di dalam api neraka !)” [HR. Imam Ahmad]
Dalam hadits ini, orang yang meninggal di atas syirik dari kalangan ahlul fatrah disebut musyrik, maka apa gerangan apabila bukan dalam zaman fatrah…?
Apa faidah kalian membela-bela para pelaku syirik akbar wahai maz’um…? Kalian tidak menegakkan hujjah-hujjah atas mereka, kalian membela mereka, kalian akrab bercengkrama dengan mereka, sementara kaum muwahhidin yang bara’ (berlepas diri) dari syirik dan para pelakunya serta telah menegakkan hujjah atas mereka, kalian justeru memusuhinya dan membencinya…? Inikah ciri Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ? atau justeru ini ciri Ahlul Bid’ah Wadl Dlalalah ?, inikah manhaj As Salaf Ash Shalih yang kalian kliam ataukah justeru ini ciri Khawarij Az Zarikhah yang kalian tuduhkan kepada kami wahai maz’um…??!

III. Ijma Para Ulama
Para ulama ijma bahwa orang yang berbuat syirik akbar itu dinamakan musyrik, dan yang menjadi perdebatan mereka itu hanyalah tentang masalah adzab di akhirat bagi yang belum tegak hujjah risaliyyah atasnya. Adapun masalah nama hukum di dunia… mereka sepakat bahwa ia adalah musyrik, sehingga mereka sepakat bahwa status anak orang musyrik di dunia adalah musyrik, namun perbedaan di antara mereka hanyalah dalam masalah status akhirat, dia ke surga atau ke neraka. Di dunia tentang nama sepakat sehingga anak-anak orang musyrik dijadikan budak, sedangkan orang muslim itu tidak bisa dijadikan budak di awalnya.
Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah berkata : “Para ulama ijma bahwa oranng yang memalingkan satu macam dari dua do’a (do’a ibadah dan permintaan) kepada selain Allah, maka dia itu telah musyrik meskipun mengucapkan Laa ilaaha illallaah, shalat, shaum, dan mengaku muslim” [Ibthal At Tandid : 76]
Orang yang berbuat syirik akbar namun ia masih rajin shalat, shaum, zakat, dsb, padahal dia mengetahui bahwa orang musyrik itu amalannya tidak berarti dan kekal di neraka bila ia mati di atas kemusyrikan tersebut serta tidak diampuni, hal itu terjadi tidak lain karena dia tidak mengetahui bahwa dirinya musyrik, namun demikian para ulama sepakat bahwa orang jahil tersebut adalah musyrik.
Para ulama ijma bahwa hal yang paling pertama yang diserukan semua Rasul adalah ajakan beribadah pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan penanggalan syirik yang mereka lakukan. Para Rasul itu mengkhithabi kaum-kaumnya atas dasar mereka itu adalah orang-orang musyrik. Umat para Rasul itu adalah musyrikin saat sebelum menerima dakwahnya. Azzar, ayah Ibrahim as adalah musyrik sebelum Ibrahim diutus, Abdul Muthallib juga musyrik, bahkan para ulama menegaskan bahwa nama musyrik itu ada sebelum adanya risalah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “Nama musyrik itu sudah ada sebelum risalah karena dia (pelaku) menyekutukan Tuhannya dan mengangkat tuhan-tuhan lain bersama-Nya”. [Majmu Al Fatawa : 20/38]
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata saat menjelaskan para pelaku syirik yang mengaku muslim : “Maka macam orang-orang musyrik itu dan yang semisal dengan mereka dari kalangan yang beribadah kepada para wali dan orang-orang shalih, kami vonis mereka itu sebagi orang-orang musyrik, dan kami memandang kekafiran mereka bila hujjah risaliyyah telah tegak atas mereka” [Ad durar As Saniyyah : 1/322, cetakan lama]
Pelaku syirik akbar bila belum tegak hujjah dinamakan musyrik, sedangkan bila sudah tegak hujjah atasnya, maka dia dinamakan musyrik kafir.
Bila engkau tidak mengenal istilah ini, maka bisa terjatuh ke dalam kesalahan yang luar biasa fatalnya, seperti yang dialami kalangan muz’umin dewasa ini.
Syaikh Hamd Ibnu Hasyir Alu Mu’ammar dan putera-putera Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab berkata tentang para pelaku syirik yang mengaku Islam dan belum tersentuh dakwah tauhid : “Bila dia melakukan kemusyrikan dan kekafiran karena kebodohan dan tidak ada orang yang mengingatkannya, maka kami tidak memvonis dia kafir hingga hujjah risalah ditegakkan atasnya, namun kami tidak menghukumi dia sebagai orang muslim” [Ad Durar As Saniyah : 10/….]
Orang tersebut bukan kafir karena belum tegak hujjah risaliyyah, dan dia bukan muslim karena malakukan syirik akbar, akan tetapi dia musyrik… semoga antum paham istilah ini.
Orang yang tidak memahami istilah ini dari kalangan maz’um di negeri ini, mereka ngawur dalam memahami maksud perkataan para ulama dakwah tauhid, mereka mengira bahwa bukan kafir artinya dia itu seorang yang muslim. Ini salah besar dan bersumber dari ketidakpahaman akan hakikat Al Islam.
Mereka saat mendapatkan pernyataan Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah : “bahwa bagaimana kami mengkafirkan orang jahil yang menyembah kaum kubah Kawwaz”, mereka langsung loncat kegirangan seraya mengatakan “bahwa para pelaku syirik akbar yang jahil itu tidak kafir” akan tetapi muslim sebagaimana perkataan syaikh tadi.
Alangkah dungunya mereka itu, mereka tidak ubahnya bagaikan lalat yang tidak mau hinggap kecuali pada benda kotor, begitu juga mereka hanya mencari ucapan-ucapan yang samar dan meninggalkan ucapan-ucapannya yang jelas dan berlandaskan Al Kitab dan As Sunnah serta ijma.
Jarimah mereka itu tidak cukup disitu, tetapi mereka menambahnya dengan mengambil perkataan Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab tentang ahlu fatrah atau yang belum tersentuh oleh dakwah yang mereka pahami secara keliru, terus mereka menerapkannya kepada orang musyrik sekarang yang mana hujjah bertebaran di mana-mana, bahkan orang musyrik itu sendiri memiliki andil dalam penyebaran hujjah-hujjah tersebut. Dan bahkan bukan sekedar orang musyrik yang mereka bela… akan tetapi tidak kepalang tanggung para thaghut pun ikut mendapatkan pembelaan mereka dengan penuh ikhlas tanpa diminta.
Tidak anehlah bila mereka seperti itu karena salah seorang syaikh maz’um yang pernah mereka datangkan untuk menjegal dakwah yang sedang kami sampaikan ini, saat saya tanya : Apakah para penyembah kuburan yang bodoh itu musyrikin atau muwahhidin ? dia diam sejenak lalu menjawab : “Ya, ada yang menyerukan mereka itu muwahhidin”.
Kalau antum ingin mengetahui orangnya siapa yang mengatakan mereka (para penyembah kubah Kawwaz) itu muwahhidin (maksudnya muslimun), maka ketahuilah bahwa ia adalah Dawud Ibnu Jirjis Al ‘Araqi, salah seorang musuh dakwah tauhid. Silahkan rujuk Minhaj At Ta’sis Fi Kasyfisy Syubuhat Dawud Ibni Jirjis Al ‘Araqi karya Syaikh Abdul Lathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan Alu Asy Syaikh.
Syaikh Abdullah Aba Buthain rahimahullah berkata : “Orang yang berbuat syirik itu musyrik, baik mau atau tidak (dengan nama tersebut)” [Al Intishar : ….]
Ini adalah sekilas tentang penamaan musyrik bagi pelaku syirik akbar, semoga antum sekalian memahaminya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala membukakan dengan kunci ini ilmu-ilmu tauhid lainnya dan jangan lupa do’akan saya dan keluarga agar diberikan kebaikan di dunia dan akhirat, serta saya tidak akan lupa berdo’a semoga kita diluruskan di atas tauhid ini, amin ya rabbal ‘alamiin…

Polda Metro Jaya Jakarta
Sabtu, 1 Mei 2005


Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
































Takfir Pelaku Syirik Akbar

Ikhwani fillah… Materi kali ini adalah tentang masalah Takfir Man Fa’ala Syirka (pengkafiran pelaku syirik).
Saat hancurnya tatanan tauhid di Saudi Arabia dan bercokolnya para thaghut di sana, maka masalah-masalah tauhidpun ikut tersisihkan bersama dengan para ulamanya, dan disisi lain para thaghut membatasi gerak lisan para ulama. Kitab rujukan dalam hal ini sangatlah asing dan yang banyak beredar justru hal-hal yang samar lagi global yang banyak menguntungakan para thaghut. Tulisan dan jawaban para ulama resmi pemerintah tidak memuaskan hati para pencari kebenaran, tidak mampu menghilangkan dahaga jiwa yang mencari tahthbiq (………………………..) hukum terhadap waqi’ (realita)… Namun alhamdulillah kebenaran tidak akan hilang apapun upaya thaghut untuk menutupinya.
Pada masa sekarang ini masalah TAKFIR seolah ada masalah yang tabu seperti halnya masalah HAKIMIYYAH. Bila ada yang berani kepadanya dalam hal ini, maka serta merta tuduhan Khawarij dan Takfiriy melayang kepadanya. Maka tidak aneh kalau banyak yang ketakutan dengannya, akan tetapi muslim muwahhidin yang lebih mengutamakan ridha Allah atas yang lainnya tidak akan peduli dengan tuduhan-tuduhan murah yang di alamatkan kepadanya karena ridha Allah adalah tujuan utama.
Landasan kita pada materi ini adalah Al Kitab, As Sunnah, Ijma, dan perkataan ulama.
Ikhwani semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada antum ketahuilah bahwa pelaku syirik akbar itu sudah Allah kafirkan dalam banyak ayat, di antaranya :
            •          •        
“…Dan orang-orang yang menjadikan auliya selain Allah, (mereka mengatakan) : "Kami tidak beribadah kepada mereka kecuali supaya mereka itu mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang dusta lagi sangat kafir”. (QS. Az Zumar [39] : 3)
Dalam ayat ini Allah telah memvonis kafir para pelaku syirik, Dia Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman :
    •               
“Dan barangsiapa menyeru bersama Allah Tuhan yang lain yang tidak ada dalil baginya akan hal itu, maka penghisabannya hanya ada di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung”. (QS. Al Mukminun [23] : 117)
Dalam ayat ini Allah telah memvonis kafir para pelaku syirik sebagai orang-orang kafir, Dia Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman :
                 
“Dan janganlah kamu menyeru selain Allah sesuatu yang tidak bisa mendatangkan manfaat kepadamu dan tidak isa mendatangkan mudharat terhadapmu, maka bila kamu melakukannya berarti sungguh kamu ini tergolong orang-orang yang zalim” (QS. Yunus [10] : 106)
Orang-orang yang zalim disini adalah orang-orang musyrik, sebagaimana firman-Nya :
    
“Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang amat besar” (QS. Luqman [31] : 13)
Orang-orang dzalim disini adalah orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala :
    
“Dan orang-orang kafir itu merekalah orang-orang yang dzalim” (QS. Al Baqarah [2] : 254)
Bila Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memvonis kafir para pelaku syirik, maka wajib atas kita membenarkan vonis Allah itu dalam bentuk kita mengkafirkan pelaku syirik itu.
Masih banyak ayat Al Qur’an yang memvonis kafir para pelaku syirik akbar, dan Allah juga memerintahkan kita untuk memvonis kafir para pelaku syirik, Dia Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
    •         •   • 
“…Dan dia menjadikan tandingan-tandingan bagiAllah supaya dia menyesatkan dari jalan-Nya. Katakanlah : “Nikmatilah kekafiranmu sebentar, sesungguhnya kamu adalah tergolong penghuni neraka” . (QS. Az Zumar [39] : 8)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk mengkafirkan para pelaku syirik, dan semakna dengannya firman Allah :
         •   • 
“Dan mereka menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah supaya mereka menyesatkan dari jalan-Nya. Katakannlah : “Nikmatilah kekafiran kalian, karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah ke dalam neraka” (QS. Ibrahim [14] : 30)
Allah juga memerintahkan kita untuk mengikuti jejak Ibrahim dan Rasul-rasul serta para pengikutnya saat mereka mengatakan kepada kaumnya :
                    
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadati selain Allah, kami ingkari kekafiran kalian, dan tampak antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Allah saja…” (QS. Al Mumtahanah [60] : 4)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman :
        
“Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, Aku tidak akan beribadah kepada apa yang kaliani badati”. (QS. Al Kafirun [109] : 1-2)
Para imam dakwah tauhid berkata : “Sesungguhnya Al Qur’an telah mengkafirkan para pelaku syirik dan memerintahkan untuk mengkafirkan mereka dan memusuhi mereka”. [Ad Durar As Saniyah : 9/292]
Mengkafirkan para pelaku syirik adalah bagian dari makna kufur kepada thaghut. Maka bagaimana sebagian orang-orang muz’um berani mengatakan itu adalah fitnah Khawarij, seraya mereka mengingkari kepada muwahhid yang melaksanakan kewajiban kepada thaghut.
Kufur kepada thaghut adalah kewajiban setiap muwahhid bukan hanya kewajiban ulama saja. Apakah kufur kepada thaghut hanya ulama saja wahai maz’um…? Jawablah dengan dalil jangan dengan dalih. Ingat perkataan seorang tabi’in : “Bukanlah hujjah yang bisa menghadang nash”, apalagi perkataan ulama sekarang dan apalagi perkataan ulama pemerintah…! Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang mengganti diennya, maka bunuhlah dia” [HR. Al Bukhari dan Muslim]
Macam penggantian dien yang paling dahsyat adalah syirik akbar. Pelakunya divonis bunuh, sedangkan vonis bunuh itu dikafirkan terlebih dahulu.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengutus seorang shahabat untuk membunuh seorang laki-laki yang menikahi bekas ibu tirinya. Ini adalah pengkafiran dari beliau, sedangkan menikahi ibu tiri adalah jauh di bawah syirik akbar, meskipun keduanya adalah kekafiran.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah mau menyerang Banu Al Musthaliq saat ada kabar mereka menolak bayar zakat, dan ternyata kabarnya bohong ………………………………………………………………………………………………………………hal 5 tidak ada …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. Akan tetapi Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata : “Akan tetapi di antara kejadian terakhir adalah kisah Banu Ubaid dan reng-rengannya yaitu penguasa Mesir. Sesungguhnya mereka mengaku sebagai bagian dari keturunan Ahlul Bait, mereka selalu shalat berjama’ah dan jum’ah, mereka telah mengangkat para qadli dan mufti. Dan para ulama telah ijma bahwa mereka itu kafir murtad lagi mesti diperangi dan bahwa negeri mereka adalah negeri kafir harbiy, wajib memerangi mereka meskipun mereka (rakyatnya) dipaksa lagi benci kepada para penguasa itu” [Tarikh Nejed : ……… Risalah kepada Ahmad Ibnu Abdil Karun, juga ada dalam Kasyfusy Syubuhat]
Ijma para ulama atas kafirnya Fakhrudin Ar Raziy karena sebab mengarang kitab Asirul Maknun Fi Ibadarin Nujum, meskipun dia bisa jadi taubat lagi setelahnya. Ini dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah [Mufid AlMustafid, juga dalam Al Kalimat An Nafiah Fil Mukaffirat Al Wabi’ah]
Ijma semua ulama madzhab dalam kitab-kitab mereka, dimana mereka semua menetapkan bab khusus tentang riddah dan mereka memulainya dengan syirik akbar. Ijma ini adalah dalil yang menunjukan bahwa takfir itu bukan fitnah akan tetapi dien wahai maz’um… apalagi dalam masalah syirik akbar.
Al Imam Al Barbahari rahimahullah berkata : “Dan seorangpun dari kalangan ahlul kiblat tidak boleh dikeluarkan dari Islam sehingga menolak satu ayat dari kitab Allah atau sesuatu dari atsar-atsar Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam atau dia shalat kepada selain Allah, atau dia menyembelih untuk selain Allah (tumbal). Dan siapa melakukan sesuatu dari hal-hal itu maka wajib atas kamu mengeluarkan dia dari Islam”. [Syarhu Sunnah : 49]
Mengkafirkan pelaku syirik itu adalah wajib atas kamu wahai maz’um bukannya fitnah, ini aqidah Ahlus Sunnah bukannya Khawarij.
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata saat menyebutkan hal-hal yang membatalkan Islam : “Yang ketiga : Orang yang tidak mengkafirkan para pelaku syirik atau ragu akan kekafiran mereka atau membenarkan ajaran mereka”.
Wahai maz’um… mana yang dalam posisi bahaya, kami yang mengkafirkan pelaku syirik ataukan kalian yang tidak mengkafirkannya ? Apakah pembatal Islam yang ini khusus buat ulama yang tidak mengkafirkan pelaku syirik atau buat semua orang yang tidak mengkafirkan ? Ingat Mus’ab Ibnu Az Zubair gebernur Kuffah yang yelah diperintahkan untuk membunuh wanita (puteri seorang shahabat) karena menolak mengkafirkan suaminya yang mengaku Nabi Al Mukhtar Ats Tsaqafi, dia diperintahkan oleh Khalifah Abdullah Ibnu Az Zubair radliyallahu 'anhu. [Ad Durar As Saniyah : Juz Al Murtad, dan lihat juga Al Lidlah At Tabyin karya Syaikh Ahmad Hamud Al Khalidiy].
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam tata cara kufur terhadap thaghut : “Engkau meyakini bathilnya ibadah kepada selain Allah, meninggalkannya, engkau membencinya, engkau mengkafirkan para pelakunya, serta engkau memusuhi mereka” [Risalah Fi Makna Ath Thaghut].
Mengakfirkan pelaku syirik adalah termasuk makna kufur terhadap thaghut, sedangkan kufur kepada thaghut itu adalah separuh kandungan Laa ilaaha illallaah, apakah komentar kamu wahai maz’um ? apakah kufur kepada thaghut itu hanya atas ulama saja ? kalau begitu tauhid itu wajib atas ulama saja dan tidak atas yang lainnya…!
Beliau berkata lagi : ”Pokok dienul Islam dan kaidahnya ada dua : Pertama, perintah ibadah kepada Allah saja tidak ada sekutu baginya, penekanan yang sangat akan hal itu, melakukan loyalitas di dalamnya dan mengkafirkan orang yang meninggalkannya. Kedua, menghati-hatikan dari syirik dalam ibadah kepada Allah, bersikap keras di dalam hal itu, melakukan permusuhan di dalamnya dan mengkafirkan orang yang melakukannya”. [lihat Al Jami’ Al Farid]
Lihat muz’um…!!! Mengkafirkan pelaku syirik adalah pokok dasar dien Al Islam ini. Apakah ini wajib atas ulama saja ? mana dalil dari Al Kitab atau As Sunnah atau Ijma yang membenarkan klaim kalian ? datangkan dalil bila kalian memang benar !
Takfir pelaku syirik akbar adalah dien, oleh sebab itu Syaikh Muhammad Ibnu ‘Atiq rahimahullah mengatakan kepada Abdullah Ibnu Husain Al Makhdluh setelah beliau menuturkan pokok dien Al Islam di atas : “Ini baru idharuddin wahai Abdullah Ibnu Husain !” [Ad Durar As Saniyah : 12/……]
Itu menurut ulama tauhid Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, tapi menurut slalafiy maz’um itu adalah fitnah yang perlu ditahdzir.
Syaikh Abdurrahman Ibnu Husain rahimahullah berkata saat menjelaskan pokok dien Al Islam di atas : “Oleh sebab itu orang tidak menjadi muwahhid kecuali dengan cara menafikan syirik, bara’ darinya serta mengkafirkan orang yang melakukannya” [Syarh Ashli Dienil Islam]
Bahkan Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah menuturkan di antara 9 macam orang yang bertauhid : “Dan di antara mereka ada orang yang memusuhi para pelaku syirik namun tidak mengkafirkan mereka”. [Ashlu Dienil Islam]
Subhanallah… padahal di antara maz’umin ada orang yang tidak memusuhi para pelaku syirik, apalagi mengkafirkannya, namun yang mereka musuhi adalah para muwahhidin.
Para imam tauhid menyatakan bahwa mengkafirkan para pelaku syirik itu adalah termasuk pondasi dien ini yang pasti diketahui oleh orang yang memiliki bagian dalam Islam ini” [lihat Al Fatawa Al Aimmah An Najdiyyah jilid 3].
Bahkan Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan berkata : “Dan sebagian ulama memandang bahwa ini (mengkafirkan para pelaku syirik) dan jihad di atasnya adalah rukun (pilar) yang mana Islam tidak bisa tegak tanpanya”. [Mishbah Adh Dhalam : 23]
Dan beliau rahimahullah juga berkata : “Dan adapun menelantarkan jihad dan tidak mengkafirkan orang-orang murtad dan orang-orang yang menyekutukan Tuhannya serta orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan dan tuhan-tuhan bersama-Nya, maka sikap seperti ini hanyalah dilalui oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak mengagungkan perintah-Nya, tidak meniti jalan-Nya, dan tidak mengagungkan Allah dan Rasul-Nya dengan pengagungan yang sebenarnya, bahkan tidak mengagungkan ulama-ulama dan imam-imam umat ini dengan pengagungan yang sebenarnya. Mengkafirkan para pelaku syirik adalah makna kufur kepada thaghut yang paling agung”. [Ad Durar As Saniyah : …….]
Orang yang paham akan makna Laa ilaaha illallaah, dia paham bahwa takfir pelaku syirik adalah bagian dari maknanya. Tatkala seorang Arab badui Nejed yang asalnya musyrik, dia dan kaumnya mengaku Islam, namun kemusyrikan mereka lakukan juga, sedangkan para tokoh agama di sana menyebut mereka itu sebagai orang-orang Islam, lalu tatkala orang itu datang dengan sedikit belajar tauhid apa yang dia lakukan, Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab berkata : “Dan sungguh indah sekali apa yang dikatakan oleh seorang Arab badui tatkala ia datang kepada kami dan mendengar sedikit tentang Islam (Tauhid), dia berkata : “Saya bersaksi bahwa kami adalah orang-orang kafir (yaitu dia dan seluruh orang badui Nejed), dan saya bersaksi bahwa muthawi (ustadz) yang mengatakan bahwa kami ini dalah orang-orang Islam, dia adalah kafir” [Syarh Sittati Mawadli Minash Shirah]
Dia bukan ulama wahai maz’um, tapi orang awam yang tahu akan tauhid, namun Syaikh Muhammad mengatakan tanggapan positif akan ucapan itu dan bukan mentahdzirnya seperti kalian…!
Mungkin kalian akan mengatakan : “Ia-kan Syaikh Muhammad dan ucapannya bukan dalil”, maka kami jawab : Ya benar, ia memang bukan dalil, akan tetapi tanggapan itu berdasarkan dalil Al Qur'an, As Sunnah, dan Ijma. Sedangkan apa dalil kalian bahwa takfir pelaku syirik akbar itu hak ulama saja… mana dalilnya dari Al Qur'an atau As Sunnah atau Ijma ??!
Para imam dakwah tauhid mengatakan dalam Ad Durar As Saniyah Juz 9 : “Di antara hal yang pelakunya wajib diperangi adalah tidak mau mengkafirkan pelaku syirik atau ragu akan kekafiran mereka. Sesungguhnya hal itu adalah tergolong penggugur dan pembatal keIslaman. Siapa yang memiliki sifat ini maka dia telah kafir, hala darah dan hartanya serta wajib memeranginya, sedangkan dalil atas hal itu adalah hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam : “Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan dia kafir kepada segala sesuatu yang diibadati selain Allah, maka haramlah darah dan hartanya, sedangkan perhitungannya adalah atas Allah Subhanahu Wa Ta'ala”.
Beliau shalallahu 'alaihi wasallam menggantungkan keterjagaan darah dan harta terhadap dua hal : Hal pertama ucapan Laa ilaaha illallaah dan kedua adalah kufur kepada segala sesuatu yang diibadati selain Allah. Maka darah dan harta seorang hamba tidak terjaga sehingga dia mendatangkan kedua hal ini. Yang pertama ucapannya Laa ilaaha illallaah, dan yang dimaksud dengannya adalah maknanya bukan sekedar lafadhnya, sedangkan maknanya adalah memurnikan seluruh macam ibadah kepada Allah saja. Dan yang kedua ucapannya dia kufur kepada segala sesuatu yang diibadati selain Allah, dan yang dimaksud dengannya adalah mengakfirkan para pelaku syirik, bara’ dari mereka dan dari apa yang mereka ibadati bersama Allah.
Oleh sebab itu siapa yang tidak mengkafirkan para pelaku syirik dari kalangan negara Turki dan para ‘Ubbadul Qubur seperti penduduk Mekkah dan yang lainnya dari kalangan yang beribadah kepada para wali dan orang-orang shalih, maka sesungguhnya dia itu kafir seperti mereka meskipun dia cinta kepada Islam dan kaum muslimin dan benci kepada syirik dan kaummusyrikin, karena orang yang tidak mengkafirkan para pelaku syirik itu tidaklah membenarkan Al Qur’an, karena Al Qur’an telah mengkafirkan para pelaku syirik dan memerintahkan untuk mengkafirkan mereka, memusuhi mereka dan memeranginya” [ …………………………………………………………………].
Coba perhatikan wahai maz’um !, orang yang tidak mau mengkafirkan pelaku syirik itu wajib diperangi, maka apa gerangan dengan orang yang melarang mengkafirkannya…?
Syaikh Sulaiman Ubnu Abdillah Ibnu Muhammad mengatakan tentang orang-orang yang tidak mengetahui kekafiran pelaku syirik : “bila dia mengatahui kekafiran mereka, maka dijelaskan kepadanyadalil-dalil dari Al Kitab dan As Sunnah yang menunjukan kekafirannya, bila dia masih ragu atau bimbang, maka dia kafir berdasarkan ijma bahwa orang ragu akankekafiran orang kafir adalah kafir”. [Autsaqu ‘Ural Iman halaman terakhir]
Sebangian orang-orang maz’umin mengatakan : “Kami mengkafirkan pelaku syirik secara nau’ tanpa ta’yin”. Kita jawab : Itu adalh bentuk minimal kalau tidak disertai sikap yang menafikan tauhid. Dalil-dalil yang tadi tidak membedakan antara nau’ dengan mu’ayyan. Insya Allah ada bahasan khusus tentang takfir mu’ayyan, namun disini akan saya singgung sedikit :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan ;
•      
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni penyekutuan terhadap-Nya…” (QS. An Nisa [4] : 116)
Ayat ini tidak membedakan antara nau’ dengan mu’ayyan.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Siapa yang merubah diennya, maka bunuhlah” {HR. Bukhari dan Muslim] dan hadits ini tidak membedakan antara nau’ dengan mu’ayyan. Silahkan rujuk pernyatan Syaikh Abdullah Aba Buthain dalam Ad Durar As Saniyah jilid 10.
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab berkata : “Apakah ada seorang dari semenjakzaman shahabat hingga zaman Manshur Al Bahutiy (ulama zzaman Syaikh Muhammad) yang mengatakan bahwa mereka (para pelaku syirik) itu dikafirkan nau’nya tidak mu’ayyannya ?” [Tarikh Nejed : risalah kepada Ahmad Ibnu Abdil Karim]
Jadi membedakan nau’ dengan mu’ayyan dalam masalah syirik akbar adalah menyalahi manhaj alias bid’ah, akan tetapi menurut orang-orang maz’umin itu adalah manhaj… Memang zaman serba terbalik !! Shahabat itu salaf, sedangkan salaf tidak membedakan nau’ dengan mu’ayyan dalam syirik. Apakah salafiy yang membedakan nau’ dengan mu’ayyan ?
Bukan salafiy tetapi ahlul bid’ah, Syaikh Ishaq Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan mengatakan tentang pernyataan yang membedakan antara nau’ dengan mu’ayyan : “Kemudian bi’ah dan syubuhat mereka itu merebak hingga laris di kalangan ikhwan-ikhwan khusus” [Hukmu Takfir Al Mu’ayyan : 1]
Dan bid’ah itulah yang diwarisi oleh orang-orang maz’um yang mengaku paling salafiy di masa sekarang.
Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang maz’um itu ? Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata : “Siapa yang membela-bela mereka (para thaghut dan para pelaku syirik ) atau mengingkari kepada yang mengkafirkannya atau dia mengklaim bahwa perbuatan mereka ini meskipun bathil maka itu tidak mengeluarkan mereka kepada kekafiran, maka status minimal orang-orang yang membela-bela ini adalah fasiq yang mana tidak diterima tulisan dan kesaksiannya dan tidak boleh shalat bermakmum di belakangnya”. [Ad Durar As Saniyah : 10/53]
Siapa yang membela-bela para pelaku syirik dan para thaghut di negeri ini… kami ataukah kalian wahai maz’um ?
Siapa yang mengingkari kepada yang mengkafirkan kepada yang mengkafirkannya… kami ataukah kalian wahai salafiy maz’um ?
Siapa yang mengatakan bahwa perbuatannya memang syirik tapi orangnya tidak boleh dikatakan musyrik… kami ataukah kalian wahai para ad’iyaa (para penngklaim paling salafiy) ?
Hal serupa juga dikatakan oleh syaikh Sulaiman Ibnu Sahman serta para imam dakwah tauhid lainnya dalam Ad Durar As Saniyah : “Bahkan tidak sah bemakmum kepada orang yang tidak mengkafirkan ‘Ubbadaul Qubur dan masuk dalam jajaran ‘Ubbadul Qubur adalah para penguasa yang tidak berhukum dengan hukum Allah, para aparat keamanannya, para demokrat,para pengikut hukum buatan, dsb”. [lihat kitab Ath Thabaqat karya Syaikh Ali Khudlair : 1].
Sedangkan syaikh kalian wahai maz’um (Khalid Al Musyaiqih) merestui bahwa ‘Ubbadul Qubur yang jahil itu adalah muwahhidun…
Kami tidak akan shalat dibelakang kalian wahai maz’um, dan kami benci dengan kalian karena kalian adalah pembual atas nama Allah. Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata : “Dan kafirlah kalian terhadap thaghut-thaghut semuanya, musuhilah mereka, bencilah mereka, bencilah orang-orang yang mencintai mereka atau membela-bela mereka atau yang tidak mengkafirkan mereka atau orang yang mengatakan “Apa urusan saya dengan mereka”, atau mengatakan “Allah tidak membebani saya untuk (mengomentari) mereka”. Sungguh dia telah berdusta dan mengada-ada atas nama Allah, justeru Allah telah mengharuskan dia untuk (mengomentari) mereka dan mewajibakan atasnya untuk kafir terhadap mereka, meskipun mereka itu saudara-saudara dan anak-anaknya”. [Hadiyyah Thayyibah, ada dalam Majmu’ah At Tauhid]
Apakah saya mengada-ada dari diri saya atau saya mengikuti ulama wahai maz’um ?
Karena kebodohan kalian wahai maz’umin akan Aqidah Ahlus Sunnah dan aqidah Khawarij, kalian vonis muwahhid yang mengkafirkan para pelaku syirik sebagai Khawarij. Ini vonis dari orang jahil tidak ada pengaruhnya, tapi realita membuktikan bahwa kalianlah yang Khawarij karena beramah-tamah lagi akrab dengan para pelaku syirik, namun kalian memusuhi lagi menyerang para muwahhid.
Syaikh Abdullathif Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata :”Siapa yang menjadikan pengkafiran dengan syirik akbar termasuk hal ini (Aqidah Khawarij), maka sungguh dia itu telah mencela para Rasul dan (ulama) umat ini, dia tidak bisa membedakan antara dien para rasul dengan madzhab Khawwarij, dia sungguh telah mencampakkan nash-nash Al Qur’an dan telah mengikuti selain jalan kaum mukminin” [Mishbahudh Dhalam : 73]
Hal serupa yang dinyatakan oleh murid beliau Syaikh Sulaiman Ibnu Abdirrahman dalam kitabnya Kasyfu Asy Syubuhatain, beliau berkata nyatakan bahwa orang yang mengkafirkan pelaku syirik itu telah ittiba’ (mengikut) kepada Rasul dan mengikuti para ulama. Kalau kalian mengikuti siapa wahai maz’um saat mengingkari kami ? Siapa lagi kalau bukan mengikuti ulama suu’, atau perkataan ulama yang samar!!! Memang dimana-mana lalat itu mencari yang kotor dan meninggalkan yang bersih. Sehingga tidak mustahil bid’ah kalian ini menghantarkan kepada kekafiran yang nyata dan saya melihatnya, serta ini sering terjadi pada pendahulu kalian…
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah mengatakan : “Sungguh mereka orang-orang yang keberatan dengan masalah takfir. Bila engkau mengamati mereka, ternyata orang-orang muwahhid itu musuh-musih mereka, mereka membencinya dan dongkol dengannya. Sedangkan orang-orang musyrik dan orang-orang munafiq adalah kawan dekat mereka yang mana mereka bercengkrama dengannya. Tapi realita ini telah terjadi pada kami dari orang-orang yang ada di kita Dir’iyyah dan Uyainah yang (akhirnya) murtad dan benci akan dien (takfir) ini” [Ad Durar As Saniyah : 10/92]
Maha Suci Allah yng memegang hati ini… memang mereka sengaja mengusir kaum muwahhidin sedangkan orang-orang musyrik dan para thaghut mereka undang, mereka kalian jamu dan kalian persilahkan menyampaikan sambutan bahkan diberi bingkisan…! Inikah manhaj salafiy wahai maz’um ?
Sebagian orang maz’um saat mendengar muwahhid mengkafirkan pelaku syirik akbar dan tahghut yang mengaku Islam, mereka spontan mengatakan “Jangan kafirkan saudaramu, ini berbahaya karena Rasulullah bersabda : ‘Siapa yang mengatakan kepada saudaranya wahai kafir, maka tuduhan itu kembali kepada salah satunya’” [HR. Muslim].
MasyaAllah… memang zaman serba terbalik, mendalili orang kafir dengan dalil tentang orang mukmin. Wahai maz’um… Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengatakan “…kepada saudaramu…”.
Saya tanya : Apakah para thaghut dan para pelaku syirik akbar itu saudaramu sehingga dilarang mengkafirkannya ??? Bila kalian jawab : “Ya, mereka adalah saudara-saudara kami”, maka kami jawab : Namun Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengakatakan :
     •    
“Bila mereka taubat (dari syirik), mereka mendirikan shalat dan menunaikan zaka, maka mereka itu adalah saudara-saudara kalian satu agama…” (QS. At Taubah [9] : 11)
Bila tiga syarat di atas tidak terpenuhi maka bukanlah saudara, sedangkan bila para pelaku syirik dan para thaghut itu belum taubat dari syiriknya maka mereka itu bukan saudara. Ini hukum Allah Subhanahu Wa Ta'ala, akan tetapi si maz’um punya hukum bahwa mereka itu saudaranya. Rupanya dia senang bersaudara dengan para pelku syirik dan senang bermusuhan dengan para muwahhid. Maha Benar Allah… dan sungguh busuk keyakinan si maz’um ini.
Akhirnya saya tunjukan kepada ikhwan muwahhidin, jangan takut dengan dalih-dalih orang-orang maz’um itu, syubuhat-syubuhat yang mereka lontarkan adalah sama dengan syubuhat-syubuhat musuh dakwah tauhid, dan semua itu ada jawabanny.
Teruslah antum berdakwah dan jangan patah semangat dengan ditahanya kami disini, badan kita jauh tapi hati kita dekat. Jangan putus hubungan dan kirimlah utusan secara berkala kesini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Muhammad, keluarga, dan para shahabat. Dan segala puji bagi Allah…





Polda Metro Jaya Jakarta, 14 Rabi’ al awwal 1425 h
Rabu, 5 mei 2004

Abu Sulaiman Aman Abdurrahman

Sebuah tahanan

Ditahanan polda metro jaya
Kami terasing dari dunia
Terpisah dari teman dan kawan
Semua dijauhkan dari handai taulan…
Hati tersayat dan terasa redup
Saat teringat kan teman hidup
Hidup sepi jauh dari arti
Terlintas anak penyejuk hati…
Tapi Allah yang menggenggam hati
Dia kuasa untuk merubah arti…
Suasana hati telah berubah
Karena kuasa Yang Maha Pemurah
Orang yang konon tak bersahabat
Kini telah menjadi teman dekat…
Disini telah terjadi perubahan
Permusuhan telah melahirkan persahabatan
Noda syirik dilimbas cahaya tauhid
Dengan usaha keras dari seorang muwahhid…
Camkan, tirani thaghut tak kenal belas kasih
Meski bayi menangis karena tersapih
Sedia uang ada ampunan
Tak ada rupiah ayun pentungan…
Kami ditangkap bukan karena kejahatan
Kami disekap karena inginkan kekuatan
Mereka menahan karena kami I’dad
Mereka geram karena kami ingin jihad…


Dari : Sahabat Muwahhid

Aku

Apa gerangan yang dilakukan musuh pada diriku
Aku, sungguh surgaku ada di hatiku
Dan taman-taman yang indah ada di dadaku

Ia selalu terus ada tetap bersamaku
Dan selalu ikut kemana saja kepergianku
Tak seorangpun bisa merampasnya dariku

Aku, andai mereka sampai membunuhku
Maka itulah waktu khalwat bersama Tuhanku

Dan jika mereka berani membunuhku
Sungguh, itulah bentuk kesyahidan bagiku
Dan merekapun akan segera menyusul kepergianku

Dan jikalau mereka dari negeri ini mengugusurku
Maka ku anggap itulah bentuk wisataku

Aku adalah aku yang mengerti benar jalan hidupku
Aku takkan pernah peduli dengan orang yang mencelaku
Selagi Allah tetap ridha dan mencintaiku

Aku tahu bahwa thaghut tidak menyukaiku
Tapi itu tidak masalah selama aku ada di jalan Tuhanku
Dan mana mungkin syaitan menyukai ajaran Nabiku

Tauhid akan kujunjung di atas kepalaku
Dan Pancasila syirik kan ku injak dengan kakiku

Hukum ilahiy ku angkat tinggi dengan tanganku
Dan undang-undang kafir kan ku tebas dengan pedangku

Enyahlah hai hamba thaghut, kalian adalah musuh abadiku
Dan aku adalah musuhmu sepanjang hidupku

Bila kalian ragu dengan ajaran tauhidku
Dan merasa benar dengan ajaran musuh Tuhanku
Mari kita mati bersama ! kamu dan aku

BEGITULAH TABIAT DAKWAH TAUHID

Kepada segenap ikhwan dan akhwat serta ma’aasyiral muwahhidin dimana saja berada Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh.
Amma ba’du
Tidak ragu lagi bahwa Laa Ilaaha Illallaah adalah awal dan akhir hidup kita. Dan di atas dasarnya ridlo Allah didapatkan. Namun ikhwani fillah sungguh kalimat itu adalah berat sekali, sehingga tanpa taufik ilahi banyak sekali manusia yang berguguran dan jatuh semangat di tengah jalan, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang menjadi munafik.
Ikhwani fillah, ana mencintai antum karena Allah SWT. Dan semoga Allah mengumpulkan kita ditempat yang penuh nikmat dan karunia-Nya.
Pada kesempatan ini ana mau mengajak antum merenungi perjalanan yang dilalui oleh beberapa Rasul saat mendakwahkan Laa Ilaaha Illallaah. Mereka diancam dan dituduh dengan tuduhan-tuduhan keji. Allah SWT berfirman :



“Dan orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul (yang diutus kepada)mereka,’Sungguh kami akan mengusir kalian dari negeri kami atau kalian kembali kepada ajaran kami.’(Ibrahim:13)
Coba bayangkan saat mereka mendakwakan TAUHID, yang mereka dapatkan bukannya sambutan tapi ancaman pengusiran. Alanngkah sedihnya seandainya kita hidup ditengah mereka. Pengusiran adalah kata-kata yang mengandung penghinaan terhadap keyakinan. Mereka (para rasul) bukanlah orang hina dina di tengah mereka, sehingga layak diusir. Mereka bukanlah penebar kerusakan, sehingga perlu diusir. Mereka adalah orang-orang terpandang di tengah kaumnya, tapi saat Laa Ilaaha Illallaah mereka gulirkan, maka ancaman pengusiran yang didapatkan. Coba lihat perjalanan nabi Syuaib as, Allah berfirman :



“Pemuka-pemuka dari kaumnya yang menyombongkan diri berkata:”Sungguh kami akan uji kamu Hai Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari desa kami atau kamu sekalian mau kembali kepada ajaran kami”.(Al-A’raf:88)
Jadi kalau ada orang yang tidak suka dengan apa yang kita pegang, ya karena mereka adalah musuh Laa Ilaaha Illallaah.
Kalau antum, merasa selalu terancam oleh orang-orang musyrik, maka pendahulu antum adalah para rasul, sedang para pendahulu mereka adalah musuh para rasul.
Memang hidup ditengah negeri syirik adalah sangat berat. Saat pertama Rasulullah SAW menerima wahyu, beliau dibawa oleh istrinya tercinta Khodijah kepada Waroqah ibnu Naufal. Rasulullah SAW menceritakannya maka Waraqah mengabarkan bahwa kalau ada usia sedangkan Rasulullah diusir oleh kaumnnya, dia akan menjadi pembelanya, maka Rasulullah SAW bertanya kaget”Apakah mereka akan mengusir saya?”, maka Waraqah berkata:”Tidak ada seorang pun mendakwahkan apa yang engkau dakwahkan melainkan pasti disakiti dan diusir”.
Dan memang Rasulullah SAW disakiti dan diusir. Memang kalau sekedar membaca sejarah itu, seolah hal yang ringan, tapi saat menimpa diri sendiri barulah sadar begitu beratnya Laa Ilaaha Illallaah.
Ya Allah begitu beratnya hidup ditengah kaum musyrikin sekarang ini. Kami hanya mohon pertolongan-Mu agar kami bisa istiqomah di atas TAUHID ini.
Karena TAUHID ini, orang tua kami menjauh, karib kerabat kami tak lagi peduli dengan kami, dan orang disekitar menuduh kami sesat. Begitu asingnya kami, ya Rabb gabungkanlah kami dengan kafilah Ghuraba yang hanya menuju-Mu.
Ikhwani fillah, Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah, beliau terusir saat mendakwahkan TAUHID ini, namun Allah memenangkan beliau atas musuh-musuhnya.
Saudaraku, bila hidup ditengah fenomena kemusyrikan terasa berat, maka ada jalan untuk menyelamatkan TAUHID kita ini, yaitu hijrah. Tapi kita saat ini bingung dan tidak mengetahui dimana keberadaan Darul Iman. Ada solusi lain dari Rasulullah SAW


“Orang yang punya dien, diennya tidak bisa selamat kecuali orang yang lari dari lereng gunung ke gunung yang lain”.
Rasulullah bersabda juga:


“Hampir tiba saatnya, dimana harta terbaik orang muslim adalah kambing-kambing yang dia gembalakan di lereng-leremg gunung.”
Ya, memang memisahkan diri dari masyarakat yang syirik adalah pilihan. Namun perlu kesadaran dan kesiapan. Kita harus ringankan beban materi yang bisa menjadi penghalang untuk gapai kehidupan di pengasingan. Apakah kita hidup dengan suasana kembali ke alam. Apakah para akhwat sudah siap?. Jawabannya : Harus siap demi keselamatan dien kita ini. Cobalah pikirkan dan renungi baik-baik.
Kalau itu tidak kita jalani, artinya kita harus berupanya keras menampakan TAUHID ini di tengah masyarakat dan itu artinya siap dengan resiko pengusiran dan berpindah-pindah. Ini juga perlu kesiapan dan ringannya beban materi yang dibawa pindah.
Semenjak ini mari kita tinggalkan pembeliaan barang-barang berat yang bisa menjadi beban saat pindah. Dan yang telah ada sebaiknya dijual dan dipakai untuk yang lebih bermanfaat lagi ringan. Ini bukan artinya menghalangi menikmati dunia, tapi kondisi yang memberikan pelajaran bagi kita. Dan TAUHID lebih segalanya dari dunia ini. Berapa kali kita terusir?, bagaimana kalau diusir secara mendadak?. Tempat tinggal kita untuk menetap di akhirat kelak, sedang disini hanya persinggahan sementara waktu. Maka saat kamu singggah untuk berlayar, kamu membawa barang yang berat yang bisa menghalangi perjalanan? Apalagi diperjalanan ini banyak perampok dan pembegalnya. Tentu engkau berbekal sekedarnya saja seraya membawa senjata.
Kalau kita hidup ditengah masyarakat syirik, minimal kita mnghindari berbagai kemusyrikan dan kekufuran yang ada. Ini saja sulit setengah mati.
Lihat saja realita yang ada. Banyak orang ya ng sudah paham dan mengerti akan TAUHID, tapi mereka masih rela menyekolahkan anaknya di lembaga yang mana materi kekurfuran (PMP/PPKN) merupakan materi wajib lagi menentukan. Ujung-ujungnya dari alasan yang mereka lontarkan adalah khawatir masa depan anak-anaknya. Seolah rizki itu dijamin dengan ijazah. Mana TAUHID tawakkal mereka kepada Allah?. Rizki itu ditangan Allah dengan lantaran kerja keras.
Ini yang sudah mengerti TAUHID, maka apa gerangan dengan yang tidak?



“Siapa yang dijauhkan dari api nereka dan dimasukan kedalam syurga, maka dia telah beruntung. Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah perhiasan yang menipu.(Q.S.3:185)
Ya Rabb selamatkan kami dan saudara-saudara kami
Lebih dari itu kita diwajibkan menampakan penyelisihan atas setiap ajaran mereka yang menyimpang. Sedangkan hal ini adalah sangat berat sekali…sungguh sangat berat…tapi itu adalah pintu syurga yang harus kita buka.
Ya Allah, bantulah kami untuk menggapainya….
Wahai para ikhwan perjalanan yang kita tempuh samgat terik lagi gersang. Apa bekal yang sudah kita persiapkan?. Jangan sampai para pembegal TAUHID merampas TAUHID ini.
Cepat cari jalan selamat….
Di dalam hadist qudsiy Allah berfirman:


“Wahai hamba-hambaKu, setiap kalian ini adalah sesat, kecuali orang yang telah Aku berinya petunjuk, maka mintalah hidayah kepada-Ku, tentu Aku beri kalian petunjuk”.(HR.MUSLIM)
Saudaraku bersyukurlah dengan karunia TAUHID ini. Sungguh Demi Allah, ana seelah mengenal TAUHID ini, tak ada nikmat yang paling nikmat kecuali hal itu. Mata tak kuasa menahan air mata dan hati selalu bergelora lagi bergetar bila menjelaskan makna Laa Ilaaha Illallaah.
Jangan hiraukan tuduhan orang-orang yang sesat lagi dengki. Sungguh para nabi juga dituduh dengan tuduhan yang sama. Orang-orang kafir berkata tentang Rasulullah SAW:


“Apakah kami harus tinggalkan ilah-ilah kami karena(ajakan) penyair gila”.(Ash-shaaffat:36)
Belaiu dituduh sebagai tukang syair lagi gila, tidak waras. Mereka juga menuduh beliau sebagai pesihir lagi pendusta


“Dan orang-orang kafir berkata,’(orang) ini adalah tukang sihir lagi pembual”.(Shad:4)
Mereka menuduh nabi Nuh as sebagai orang sesat


“Para pembesar dari kaumnya mengatakan,”Sesungguhnya kami menilai kamu dalam kesesatan yang nyata”.(Al-A’raf:60)
Mereka menuduh Hud as sebagai orang bodoh lagi dungu



“Para pembesar yang kafir dari kaumnya berkata”Sesungguhnya kami melihat kamu ini dalam kebodohan dan sesungguhnya kami mengira kamu ini tergolong orang-orang yang dusta”.(Al-A’raf:66)
Dan tuduhan-tuduhan lainya yang Allah cantumkan dalam Al-qor’an.
Saudaraku janganlah engkau bersedih hati, engkau tidak sendiri. Sebelum engkau banyak orang-orang muwahhidun dituduh sesat, gila, bodoh, nyeleneh, dan seabrek tuduhan.
Jadikan tuduhan itu sebagai simpanan kebaikan disisi Yang Maha Kuasa nan Adil.
Tak kuasa diri ini menceritakan kepedihan orang-orang pendahulu kita saat memegang TAUHID ini.
Namun yang harus diingat adalah bahwa tidak mungkin keadaan itu selalu sempit selama-lamanya, pasti setelahnya ada kemudahan yang sudah menanti.
Syurga sudah rindu memanggil calon penghuninya, dan bidadari menanti penyuntingnya, sedang maharnya adalah TAUHID ini.
Saya serukan kepada orang yang masih mengulur-ulur waktu dan penangguhan perealisasian tauihid dan penanggalan akan syirik dan kekafiran sampai masa waktu tertentu. Siapa yang menjamin kalian bisa menggapai masa yang kalian tunggu itu?. Saudara kita tercinta Usman-semoga Allah merahmatinya-telah meningggalkan kita diusia yang masih muda, dia sebelumnya berazam akan menikah, tapi ajal menjemputnya lebih cepat. Manusia hanya bisa berencana, tapi usia ada di tangan Yang Maha Kuasa.
Jauhilah teman yang buruk, sebelum ada di antara kita orang yang mengatakan:



“Oh celakalah diri ini, seandainya dulu tidak menjadikan si fulan sebagai kekasih. Sunggguh dia telah menyesatkan akau dari peringatan ini, setelah (peringatan itu) datang kepadaku”. Dan sesungguhnya syaitan itu suka mengecewakan manusia.(Al-Furqon:28-29)
Kepada orang tua yang masih berat mencabut anaknya dari lembaga kekafiran. Apakah kalian tidak sayang kepada diri kalian dan anak kalian?. Apakah masih ragu akan rizki Allah?, apakah kalian dan anak kalian berTAUHID lagi jauh dari syirik, apakah Allah tidak memberi rizki?
Kepada remaja yang masih berat meninggalkan sekolah yang dicekoki kekafiran. Yakinlah akan rizki Allah. Dia tidak akan membuat hamba-Nya yang berTAUHID kelaparan padahal sudah berusaha sedangkan orang-orang musyrik kekenyangan.
Pelajarilah TAUHID, niscaya kalian menemukan pintu rizki terbuka lebar selain bertani, berdagang dan bisnis. Pintu itu akan kalian temukan saat kalian mengkaji TAUHID.
Rasulullah SAW bersabda:


“Siapa yang mengucapkan laa ilaaha illalaah dan dia kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah, maka haramlah darah dan hartanya, sedangkan perhitungannya atas Allah SWT”.(HR. Muslim)
Sabdanya:

“Saya diutus dengan pedang”
Sabdanya:

“Dan rizkiku dijadikan dibawah naungan tombakku”
Belajarlah berenang, memanah, olah fisik dan yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratmu, tapi bukan kekafiran dan kemusyrikan.
Belajaralah hidup perih dan hemat. Tawakkallah kepada Yang Maha Kuasa.
Para akhwat, antunna harus mengerti tugas dan kewajiban suami kalian bagi Islam. Islam butuh pengorbanan waktu-waktu kalian. Suami-suami dalam kondisi seperti ini dituntut banyak keluar meninggalkan kalian. Bersedekalah dengan waktu kalian untuk Islam. Kemesraan abadi hanya ada di syurga sana. Para sahabat pergi meninggalkan anak dan istri dalam rangka menyebarkan risalah TAUHID ke negeri yang jauh dalam waktu yang sangat lama.
Istri-istri dan para akhwat, antunna adalah pemegang amanah di rumah. Memang kami akui bahwa kami adalah orang yang miskin materi. Kalian tidak mendapatkan apa yang bisa kalian dapatkan dari laki-laki lain. Bukan kami tidak punya gelar atau keahlian untuk menjadi pegawai yang bergaji tinggi, tapi kondisi yang menyisihkan kami karena keyakinan yang kami pegang. Pada kondisi seperti ini banyak orang mukmin yang meninggal dengan keringat di kening saking beratnya kehidupan. Rasulullah SAW bersabda”

“Orang mukmin meninggal dengan keringat di kening”
Memegang TAUHID ini bagaikan memegang bara api. Bila tidak dipegan bara itu, maka nanti di akhirat kitalah yang menjadi bara api. Na’uudzu billah.
Ikhwani fillah bersabarlah………
Akhawati fillah bersabarlah….
Wahai para ummahaat bantulah kami untuk TAUHID ini….


Sabar itu pahit rasanya Tapi enak akibatnya




Janganlah kalian bersedih wahai saudara-saudaraku
Sesungguhnya aku saksi ujian ini
Ajal kita sudah ditentukan
Sedang perjumpaan kita di syurga sana

Jum’at kelabu, 30 April 2004
10 Rabi Al-awwal 1425

Aman Abdurrahman/Abu Sulaiman
Orang yang mencintai kalian karena Allah

RISALAH IMAN KEPADA ALLAH

Adapun makna iman kepada Allah adalah :
 Engkau meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Ilah yang berhak diibadahi
 Engkau memurnikan seluruh macam ibadah hanya kepada Allah
 Dan engkau menafikan ibadah itu dari selain Allah
 Engkau mencintai lagi loyal kepada orang yang bertauhid
 Serta engkau membenci lagi memusuhi para pelaku syirik

Pejelasannya adalah sebagai berikut :

1. Engkau Meyakini Bahwa Allah Adalah Satu-satunya Ilah Yang Berhak Diibadahi

Orang yang membolehkan tumbal, sesajen, permohonan kepada yang telah meninggal atau meyakini serta memegang sistem demokrasi, berarti dia meyakini ada Ilah lain bersama Allah, mereka tidak beriman kepada Allah.
Orang yang menyerukan penegakan hukum Thaghut atau menyerukan demokrasi, dia itu tidak beriman keapada Allah, begitu juga orang yang menyerukan hukum adat.
Orang yang bertauhid hanya meyakini satu sumber hukum, yaitu Allah swt, orang yang bertauhid hanya meyakini satu dzat yang berhak diibadati. Allah berfirman :

Katakanlah, “Dia Allah yang Maha Esa”. (Al-Ikhlas: 1)

Dia berfirman :


“Dan Allah berfirman : “Janganlah kalian mengangkat dua tuhan, Dia itu hanyalah Tuhan Yang Maha Esa”. (An-Nahl : 51)

Sedangkan tuhan-tuhan para ‘ubadul qubur adalah banyak, yaitu orang-orang yang sudah mati yang mereka ajukan permohonan (permintaan) kepada mereka.
Dan adapun tuhan-tuhan para pengusung demokrasi adalah banyak pula, ada tuhan dari Parta A, Parta B, C, D dan seterusnya. Para pembuat hukum itu adalah tuhan-tuhan mereka.




2. Engkau Memurnikan Seluruh Macam Ibadah Hanya Kepada Allah

Allah swt bukan memerintahkan ibadah kepada-Nya, akan tetapi Dia memerintahkan supaya orang beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya dalam ibadah itu. Dia swt berfirman :


“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya mereka beribadah kepada Allah seraya memurnikan seluruh Dien (ketundukan) hanya kepada-Nya. (Al-Bayyinah : 5)

Juga firman-Nya :


“Dan siapa yang menyerahkan wajahnya sepenuhnya kepada Allah sedang dia itu Muhsin (mengikuti tuntunan rasul), maka dia itu telah berpegang kepada buhul tali yang sangat kokoh (Tauhid/Islam). (Luqman : 22)

Menyerahkan wajah sepenuhnya kepada Allah adalah dengan cara beribadah hanya kepada Allah. Firman-Nya :


“Ya siapa orangnya yang menyerahkan wajahnya sepenuhnya kepada Allah sedang dia itu Muhdin, maka bagi dia pahalanya di sisi Tuhannya, tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka itu tidaklah bersedih. (Al-Baqarah : 112)

Syaikh Abdullathif ibnu Abdirrahaman rh, berkata :
“Ayat ini adalah bantahan terhadap ‘ubadul qubur, yang menyeru selain Allah dan beristighatsah kepada selain-Nya, karena menyerahkan wajah serta Ihsan dalam beramal itu tiak ada pada diri mereka”. (Minhaj At-Ta’sis)

Ubadul qubur adalah orang orang yang mengaku Islam, shalat, zakat, shaum, haji dan seterusnya, tapi masih suka meminta kepada orang-orang yang sudah mati, terutama orang shalih atau wali. ‘ubadul qubur adalah kaum musyrikin.

Syaikh ALi Khudlair di awal kitab Ath-Thabaqat menyebutkan bahwa diantara golongan yang termasuk ‘ubadul qubur adalah: para penguasa Thaghut, para budaknya (aparat keamanan), pengusung undang-undang buatan, kaum demokrat dan yang lainnya




Rasulullah saw bersabda :


“Hak Allah atas hamba-hamba (Nya) adalah mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya” (Hadits Shahih dari Mu’adz)

Orang yang berbuat syirik, berarti dia telah melanggar hak Allah, jelasnya bahwa orang yang mengaku beriman pada rukun iman, rukun Islam dan dia beribadah kepada Allah, akan tetapi disamping itu dia membuat tumbal, sesajen, memohon kepada penghuni kubur atau ikut serta dalam sistem demokrasi, maka dia itu dianggap tidak beriman kepada Allah (dia bukan Muslim). Syaikh Abdurrahman ibnu Hasan rh berkata :



“Para ulama telah berijma, baik salaf maupun khalaf, dari kalangan sahabat, tabi’in, para imam dan seluruh ahlusunnah bahwa seseorang tidak dianggap Muslim, kecuali dengan cara (dia) mengosongkan diri dari syirik akbar, berlepas diri darinya dan dari pelakunya, membenci mereka, memusuhi mereka sesusai kekuatan dan kemampuan serta memurnikan amalan seluruhnya bagi Allah”. (Ad-Durar 11/545)

Perkataan seseorang: “Saya beriman kepada Allah dan saya bukan Musyrik”, tidaklah bermanfaat bila ternyata realita syirik ada padanya, oleh sebab itu Al-Hasan Al-Bashri rh berkata :


“Iman itu bukan angan-angan dan bukan dengan hiasan, akan tetapi ia adalah apa yang terpatri di dalam hati dan dibenarkan dengan amalan”.

3. Menafikan Ibadah Itu Dari Selain Allah

Orang yang beriman kepada Allah tidak mungkin memalingkan satu macam ibadah pun kepada selain Allah, karena orang yang memalingkan satu saja ibadah kepada selain Allah, berarti telah meninggalkan Islam., oleh kerana itu Allah memrintahkan Nabi-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang kafir :

“Aku tidak beribadah kepada apa yang kalian ibadati”.
(Al-Kafirun : 2)




4. Engkau Mencintai Dan Loyal (Wala) Kepada Orang Yang Bertauhid

Orang yang beriman kepada Allah pasti mencintai dan loyal kepada yang bertauhid, karena memiliki ikatan persudaraan di atas Dien ini, Allah swt berfirman :

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersuadara.
(Al-Hujurat : 71)

Dia juga berfirman :


Orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, sebagiannya adalah penolong bagi sebagian yang lain. (At-Taubah: 71)

Oleh sebab itu tidak mungkin orang Mukmin mendukung orang-orang kafir dalam rangka menghancurkan kaum muslimin, karena bertentangan dengan Wala (loyalitas) terhadap kaum muslimin.

5. Engkau Membenci Pelaku-pelaku Syirik dan Memusuhi Mereka