Kembali ke rumah kembali kepada cinta

Saya bertanya kepada beberapa teman. Kata kata apa yang sering diucapkan istri atau anak setiap kali kalian akan berpergian ? sebagaian besar mereka menjawab :” istri atau anak akan berpesan :” jika telah usai segeralah pulang kerumah. Kami merindukanmu.” Dengan redaksional yang sedikit berbeda. Inti pesan itulah yang mendominasi setiap kali pergi meninggalkan rumah. Meninggalkan istri dan anak anak kalian.

Rumah adalah tempat jiwa kalian bermuara. Sebab didalamnya cinta kalian ditambatkan. Orang orang terdekat, yang kalian cintai dan mencintai kalian. Berada didalamnya. Mereka merindukan kalian kembali ditengah tengah gelak tawa mereka. Ada banyak hal yang mendorong kalian untuk kembali kerumah setelah seharian bergelut bersama kehidupan diluar rumah. Itulah makna yang dapat kalian pelajari dari Sabda RAsulullah saw. Diriwayatkan oleh Aisyah, Nabi Saw pernah bersabda :” Jika kalian telah selesai tugas diluar rumah, maka cepatlah kembali ke istrimu. Karena itu sangat besar pahalanya. “ (HR.Al-Hakim)

Rumah menegaskan dua wajah yang melekat dalam diri kalian. Wajah pertama adalah jawaban akan kebutuhan jiwa kalian. Sementara itu, wajah kedua adalah tanggung jawab kalian sebagai qowwam dalam keluarga. Keduanya bertegur sapa dalam diri kalian, sebagai lelaki dan suami.

Wajah pertama menghajatkan kalian untuk menjadikan rumah sebagai taman rekreasi paling menyenangkan. Tempat jiwa kalian istirahat setelah seharian bersentuhan dengan kepenatan kerja. Tutur kata yang lembut dari istri, gurauan segar, cerita cerita yang ringan, serta gelak tawa istri dan anak merupakan penawar seluruh jenak jenak kelelahan jiwa. Seluruhnya bersemayam didalam rumah kalian. Semua itu semestinya tidak bisa tergantikan oleh kesenangan kesenangan semu diluar rumah.

Oleh karena itu Rasulullah menyarankan kepada kalian “ cepatlah kembali ke istrimu” Rasulullah tidak mengada ngada, sebab beliau pernah mengalaminya. Slide ingatan kita tentang penerimaan wahyu pertama menegaskan tentang persoalan ini. Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah ra, bagaimana permulaan wahyu diturunkan. Setelah menerima wahyu pertama Rasulullah segera pulang dalam keadaan gemetar. Khadijah adalah orang pertama yang ditemuinya. Rumah menjadi tempat kembalinya. “selimuti aku, selimuti aku.” Beliau diselimuti khadijah hingga hilang rasa takutnya. Dari khadijah pula Rasulullah mendapatkan support dan dukungan. “bergembiralah suamiku. Demi Allah,Allah sama sekali tidak akan membuatmu kecewa.”

Pulang kerumah tidak berarti sekedar rutinintas. Ia bukan sekedar kerja fisik. Rumah bukan sekedar tempat fisik kalian berteduh. Sebab kalau sekedar tempat berteduh. Ia bisa ditemukan dimana saja. Lebih dari sekedar itu, sesungguhnya rumah merupakan tempat jiwa kalian bermuara. Dengan demikian pulang kerumah haruslah menyertakan fisik dan jiwa kalian.

Kepulangan semestinya membawa kesegaran baru. Orang orang yang kalian cintailah yang akan menebarkan kesegaran itu. Saat itulah kalian merasakan bahwa rumah adalah tempat yang tak tergantikan. Sebab ada kekasih kalian yang setia menanti, kekasih yang akan menebar kebahagiaan ketika kalian pulang menemuinya. Dalam hal inilah kalian menemukan makna Sabda Rasulullah :” tidak ada yang bisa dilihat lebih indah oleh orang orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan.” (Al-Hakim dishahihkan dengan syarat syarat Muslim).

Ungkapan Ali bin Thalib Karamallahu wajhahu terhadap istrinya, FAtimah binti Muhammad saw. Merupakan gambaran tentang makna keberadaan seorang istri yang dapat menambah kuat jalinan perasaan (‘athifah) diantara mereka :” ketika aku memandangnya,” kata ali, hilanglah kesusahan dan kesedihanku.” Memang, dalam hal ini indahnya penampilan tidak sekedar yang bersifat fisik tetapi sekaligus lahir dari pancaran jiwa yang tulus. Dale Carnegie dalam How to Wind Friends an Influence people mengatakan :” Ekspresi yang terpantul dari wajah seseorang adalah jauh lebih penting daripada pakaian yang dikenakannya.

Akhirnya rumah menjadi taman rekreasi kalian. Didalamnya bertabur bunga bunga. Kalian sendirilah penanamnya, tentu bersama dengan kekasih kalian. Kepulangan kalian harus membawa kesadaran bahwa kalian harus saling menebar kesegaran, dari pancaran wajah dan jiwa kalian. Jabis Ra pernah meriwayatkan “ kami bersama Rasulullah dalam suatu peperangan . ketika kami tiba dimadinah, kami langsung pergi memasuki rumah kami. Rasulullah lalu mengatakan . “ Tangguhkanlah. Jangan masuk pada malam hari hingga istri kalian menyisir rambut dan bersolek.” (HR.Muslim)

Hanya karena alasan memberi kesempatan istri kalian untuk berdandankah Rasulullah melarang kalian untuk segera memasuki rumah ? saya menangkap makna lain dari yang diungkapkan Rasulullah. Penjelasan Rasulullah tersebut sesungguhnya juga memberikan jeda bagi kalian untuk menyiapkan fisik dan jiwa kalian agar jauh lebih segar, agar terhapus jenak jenak kelelahan dari wajah. Agar yang terlihat oleh istri kalian hanya senyum yang merekah. Agar rumah menjadi taman rekreasi yang dirindukan.

Kerinduan kalian terhadap rumah menjadi Ayat ayat cinta. Tanda tanda yang menunjukkan banyak hal : cinta , kedamaian dan ketenangan rumah tangga, tanggung jawab, kasih sayang, serta Rahmat Allah ta’ala. KEMBALI KERUMAH ADALAH KEMBALI KEPADA PANGKUAN CINTA. Jangan sampai fenomena film shall we dance mendera diri kalian : ketika seorang suami lupa untuk pulang dan tertambat hatinya pada kesenangan diluar rumah, tanpa ada alasan yang jelas dan dibenarkan.

Bermunajat kita kepada Allah, jangan sampai dihilangkan dari diri kita kerinduan untuk pulang kerumah, kembali kepada kekasih kita.

Wallahua'lam, semoga Allah mengampuni saya jika karena pengetahuan saya yang kurang luas sehingga saya menulis, berbuat dan berbicara salah.

Tidak ada komentar: